Mohon tunggu...
Nicodima Wigonesti Murani
Nicodima Wigonesti Murani Mohon Tunggu... Administrasi - Living in paradise : Indonesia

Pekerja kantoran yang suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Driver Ojek Online: Maaf Saya Tuli

8 Agustus 2019   18:16 Diperbarui: 9 Agustus 2019   00:24 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : akun twitter ogiklo

Kata-kata yang menggelitik hati saya ketika membaca postingan di sebuah akun sosial media @ogiklo. "Maaf saya tuli". Kalimatnya ditempel di belakang helm seorang driver ojek online. Sang driver pun menuliskan bagaimana cara dia meminta penumpang harus beriteraksi dan bekerjasama dengannya.

Tulisan yang di tempel di helm dan "sentuhan fisik" adalah cara dia berkomunikasi dengan penumpangnya seperti: 20 meter sebelum belok tepuk pundak, jika belok kanan tepuk pundak kanan, jika belok kiri tepuk pundak kiri, jika berhenti tepuk kedua pundaknya. Dan di akhiri dengan tulisan ucapan terimakasih atas perhatian dan pengertian dari para penumpangnya.

Manusia memang tidak ada yang sempurna, ada kelebihan dan ada kekurangan, termasuk ketidaksempurnaan secara fisik.

Bersyukurlah kita yang memiliki fisik sempurna yang membuat aktifitas kita tidak terhambat dan hubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan pun tidak ada kendala. Walaupun tidak menjamin fisik kita yang sempurna tidak memiliki masalah dalam beraktifitas dan berhubungan dengan orang lain.

Namanya juga hidup di masyarakat, tidak bisa memaksakan orang untuk suka dengan kita atau satu pemikiran. Ada saja yang orang bicarakan dan pasti ada juga orang yang tidak suka dengan kita.  

Badan gemuk dikatain, badan kurus juga diomongin, kulit hitam diledek, kulit putih di bilang pucat, hidung pesek di olok, hidung mancung katanya operasi plastik.

Apalagi orang dengan kekurangan fisik karena cacat, pasti lebih banyak di omongin orang dan tidak mudah dalam menjalani hidup.

Jangankan kita yang secara fisik sempurna tapi "pas-pasan", sekelas Luna Maya atau Dian Sastro saja yang secara fisik tampak sempurna kadang masih di-bully.

Jadi tidak usah sedih, lalu kehilangan kepercayaan diri, apalagi pesimis dengan hidup karena ada yang menghina kita secara fisik, justru ini harus menjadi motivasi untuk menunjukkan kelebihan yang kita miliki dan mengolah kekurangan kita menjadi kekuatan yang positif.

Terlalu memikirkan pendapat dan omongan orang lain apalagi hal negatif hanya akan membuat kita lelah dan semakin terpuruk.

Ngomong memang gampang tapi apasalahnya di coba daripada hanya mengurung diri, menyalahkan diri dan menyesali diri apalagi menyalahkan Tuhan.

Seperti artis Rina Nose, hidung dia pesek tapi dia memiliki kelebihan sebagai komedian yang bisa menghibur orang lain dan memiliki suara yang indah.

Pada akhirnya hidung dia yang pesek  yang tadinya di anggap kekurangan, tidak menjadi kekurangan lagi,  justru menjadi kekuatan dan identitas dia. Jadi fokuslah pada kelebihan kita dan berdamailah dengan kekurangan kita.

Banyak orang yang memiliki kekurangan fisik lalu menyalahgunakan kekurangan fisiknya menjadi kekuatan dan identitas yang negatif, misalnya menjadi pengemis dengan memanfaatkan rasa kasian dan iba orang lain atau hanya berdiam diri di rumah dan hanya mengandalkan keluarga.

Mari kita belajar dari driver ojek online yang memiliki kekurangan fisik karena tidak bisa mendengar. Kekurangannya tidak menjadikan dia orang yang lemah, pesimis dan menyerah dengan hidup.

Justru dia membuktikan bahwa bisa setara dengan orang yang sempurna secara fisik dalam beraktifitas dan mencari rejeki.

Dia tidak memanfaatkan kekurangan fisiknya saat bekerja. Tidak meminta penumpangnya mengasihani tapi hanya meminta memahami kekurangannya.

Saya percaya Tuhan itu sangat adil. Dia menciptakan manusia unik dengan kelebihan dan kekurangannya. Talenta yang Tuhan berikan tidak untuk di simpan tapi untuk kita kembangkan dan usahakan. Tuhan tidak menciptakan manusia yang tidak berguna.   

Bertemu banyak orang dan tidak hanya melihat ke atas membuat saya lebih bersyukur walaupun banyak yang lebih beruntung dari saya tapi ada juga yang tidak seberuntung saya.

Memang, tidak semua masalah ada jawabannya tapi percayalah semua masalah pasti ada jalan keluarnya dan Tuhan tidak akan membiarkan kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun