Mohon tunggu...
Nicodima Wigonesti Murani
Nicodima Wigonesti Murani Mohon Tunggu... Administrasi - Living in paradise : Indonesia

Pekerja kantoran yang suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

My Trip My Teacher

2 Agustus 2019   23:55 Diperbarui: 4 Agustus 2019   01:34 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Traveling itu seperti sekolah, mengajarkan saya mengenai banyak hal termasuk bagaimana berinteraksi dengan orang, belajar bertoleransi, belajar sabar dan banyak bersyukur kepada Tuhan.

Belakangan ini saya suka solo trip dan beberapa teman saya kadang bilang "gile lo" ketika tau saya akan pergi traveling ke negara lain sendirian, ya sendirian tanpa teman dan tanpa menggunakan tour travel. Gimana rasanya jalan sendiri ga ada temennya?, ga ada yang di ajak ngomong?, dan tidur di hostel sekamar dengan orang asing bahkan kadang-kadang tidur di dorm yang campur dengan laki-laki. Jawaban saya hanya seru ya seru, pokoknya harus coba sendiri biar tau rasanya. Lama-lama malah jadi egois dong kalo ga mau jalan sama orang lain? Siapa bilang saya ga suka jalan dengan travel mates?, saya juga suka jalan kalo ada temannya dan ada yang fotoin. Dulu alasan saya solo traveling karena terpaksa ga ada teman, susah sekali mencari travel mate yang pas dalam segala hal. Banyak alasannya, dari ga dapat cuti, ada budget tapi mau dipake buat yang lain atau destinasinya di anggap kurang menarik, yang ujungnya ga jadi pergi karena tidak ada kesepakatan. Pada akhirnya saya berfikir kalo ga memaksakan diri saya ga pergi-pergi, udah berapa kali saya membuang kesempatan traveling ke tempat yang diimpikan dan melawatkan begitu saja tiket pesawat murah. Travel mate itu susah-susah gampang sama kali kaya jodoh hahaha, kalopun ada jarang sekali akhirnya bisa pergi bareng, kadang hanya semangat di awal yang berakhir hanya jadi wacana dan di mulai dengan berencana lagi. Buat saya travel mate itu bukan hanya teman jalan tapi harus punya frekuensi yang sama mengenai trip yang akan kita jalani, dari mulai pemilihan tempat menginap, lebih suka hotel atau hostel yang penting bisa tidur, kemana-mana suka jalan kaki atau gak suka jalan kaki, makanan bisa makan apa saja atau harus makanan tertentu, biaya-biaya yang dikeluarkan bagaimana pembagiannya dan masih banyak lagi. Kok seribet itu? ya memang harus begitu kecuali kita punya toleransi tingkat tinggi yang sanggup mengalah dalam segala hal, kalo ga gitu rencana mau happy-happy berubah menjadi mimpi buruk yang menyedihkan, lebay ya?, serius beneran dan parahnya bisa berujung jadi musuhan. Yang biasa traveling pasti pernah mengalami bertemu dengan travel mate yang "salah". Kalian cocok sebagai teman atau sahabat belum tentu kalian cocok sebagai travel mate, Kalo kalian ada rencana traveling dengan orang baru atau sudah kenal tapi belum pernah traveling bareng, Pastikan semua dibicarakan di awal. Kalo saya lebih baik pergi sendiri daripada dari awal ga cocok tapi maksain, yang nantinya malah kehilangan temen baik karena tidak cocok sebagai travel mate.

Bali menjadi solo trip pertama saya. Yang deket-deket dulu, ini aja bikin panas dingin, di kepala udah muter-muter nanti gimana di sana. Ini ga 100% my solo trip karena saya masih mengontak teman yang bekerja di Bali untuk menemani saat weekend dan ketempat yang jauh-jauh, sisanya lokasi yang dekat saya explore sendiri. Rasanya ga nyaman jalan sendiri, ga ada yang di ajak ngomong, makan sendirian, dan sebelnya ga ada yang fotoin saat sunset yang super cantik di pantai Kuta. Karena sendirian pandangan saya banyak berkeliling apa saja saya liat, beda kalo ada teman, biasanya ga terlalu peduli dengan sekitar dan lebih banyak berinteraksi dengan travelmate kita, paling sekali-kali minta tolong orang buat fotoin. Pas lagi celingak celinguk eh liat ada cowok duduk sendiri melihat sunset, saya beranikan diri untuk minta tolong di fotoin dan akhirnya kita jadi ngobrol ngalor ngidul sambil liat sunset. Dia berasal dari Singaraja, baru saja mengantar saudaranya ke bandara, sebelum pulang ke Singaraja dia mampir ke pantai Kuta karena melihat sunset yang cantik. Sebelum pulang dia menawarkan diri menemani saya muter-muter Denpasar, dari kesan pertama sih cowok ini baik dan sopan jadi okelah saya mau ditemani keliling Denpasar toh ga jauh-jauh dan mumpung ada kendaraan. Saat itu belum ada ojek online dan taxi online hanya ada taxi konfensional atau rental mobil, lumayan kan hehehe. Dia teman saya yang pertama saya temukan ketika traveling dan sampai sekarang kami masih berhubungan baik.

Solo trip saya yang kedua dan pertama sendirian ke luar negeri adalah Jepang. Persiapan ke Jepang saya lakukan sendiri mulai dari booking hostel, booking bus untuk pindah kota termasuk menyiapkan semua dokumen untuk pembuatan visa. Pengennya ganti jadi e-paspor supaya gampang  tapi paspor saya baru aja di perpanjang. Jujur trip ke Jepang ini saya sedikit lebih tenang, ada deg-degan tapi ga banyak mungkin karena semua kebutuhan di Jepang dan itinerary saya siapkan dengan matang jadi yakin aja bakal baik-baik saja. Ini juga jadi pertama kalinya saya menginap di hostel sendirian, sebelumnya pernah juga tidur di hostel tapi kan ada travel mate.

Baru naik pesawat aja saya udah ada teman ngobrol, sebelah saya seorang bule yang akan ke Jepang untuk business trip, ada teman ngobrol di pesawat membuat saya tenang karena ini menjadi perjalanan pertama saya dengan rute pesawat sedikit lebih jauh. Tiba di Bandara Haneda tepat tengah malam dan urusan imigrasi dan bagasi yang lancar. Kereta menuju ke tengah kota Tokyo sudah tidak ada jadi saya putuskan menginap di bandara, sebetulnya sudah niat dan sudah browsing kalo Bandara Haneda aman untuk menginap. Menurut informasi tempat yang nyaman untuk menginap ada di lantai paling atas, benar juga banyak kursi-kursi panjang yang bisa digunakan untuk tidur. Sebelum tidur saya mencari colokan charger hp tapi ga nemu, aduh gimana dong. Tiba-tiba ada cowok nyamperin saya dan menawarkan untuk menggunakan power banknya karena dia liat saya muter-muter mencari colokan tapi ga nemu. Duh baik banget nih cowok akhirnya saya berbagi kursi dengan dia karena saat itu semua kursi udah penuh, bisa aja nih cowok barter kursi sama power bank hehehe. Dia orang Jepang yang akan melakukan business trip ke Taiwan dan pesawatnya pagi sekali sebelum jam kereta beroperasi jadi daripada kesiangan dia pilih bermalam di bandara. Yang bikin heran ini cowok percaya banget ya sama saya, selain powerbank, koper juga dia tinggal begitu saja saat ke toilet duuh mungkin muka saya baik baik kali ya hahaha. Sekitar jam 7 pagi saya menuju hostel dengan kereta, oh ya sebelumnya saya sudah cuci muka dan gosok gigi, ada sih shower room tapi pilih ga mandi, dingin banget euy. Cuaca bulan Maret saat peralihan dari musim dingin ke musim semi masih lumayan dingin banget, dan seperti biasa kaligata saya keluar terutama di area terbuka seperti muka, untungnya ga lama setelah tubuh beradapatasi biasanya si bentol-bentol pergi. Jam check in penginapan di Jepang itu sore jadi saya hanya menitipkan koper dan langsung explore Tokyo dan baru kembali malam. Saya menginap di dorm khusus wanita dan saat masuk saya berkenalan lagi dengan cewek dari Hongkong, dia ke Jepang untuk mengikuti kegiatan marathon di Tokyo dan sudah biasa ikut kegiatan marathon di berbagai negara, hebat ya. Sebelum tidur kami sempet ngobrol sambil bisik-bisik karena ini dorm jadi kita harus menjaga kenyamanan tamu lain yang sudah tidur, banyak hal kami obrolkan termasuk mengenai TKI Indonesia yang banyak sekali di Hongkong dan dia bilang bahasa inggris saya bagus karena TKI Indonesia yang baru datang ke Hongkong rata-rata ga bisa bahasa inggris, saya jawab dalam hati tanpa bermaksud merendahkan TKI ya iyalah mbake saya di sekolahin sama orang tua saya hehehe. Saya bilang TKI yang kerja di luar negeri kebanyakan perempuan dan mereka adalah tulang punggung keluarga, mereka berkorban meninggalkan keluarga untuk kehidupan yang lebih baik terutama untuk anak-anak mereka supaya bisa sekolah tinggi dan punya masa depan yng lebih baik daripada orang tuanya.

Saya mulai menikamati solo trip saya, senang sekali baru sehari saja saya sudah punya teman baru. Yang lebih seru lagi saya bertemu teman baru di Kyoto, dia berasal dari Thailand. Setiap hari kami sarapan bersama lalu menuju stasiun kereta bersama dan berpisah di stasiun karena itinerary kami berbeda. Dia bukan hanya jadi teman baru tapi sahabat baru buat saya. setelah kembali ke negara masing-masing kami tetap keep in touch baik melalui whatsapp dan juga sosial media.

Saat solo trip saya tidak hanya bertemu dengan teman baru tapi juga berkenalan dengan ibu-ibu atau nenek-nenek. Seperti di Minakami saya bertemu dengan rombongan ibu-ibu walaupun terkendala bahasa kami masih bisa mengobrol dengan bahasa inggris mereka yang terbatas dan ada salah satu ibu yang suaminya pernah kerja di Jakarta, saat berpisah dan setelah foto bersama, mereka peluk dan cium saya duh senangnya seperti punya banyak ibu baru. Belum kembali ke hostel saat perjalanan dari Minakami ke Tokyo saya bertemu juga dengan seorang ibu. Dia bercerita sedikit mengenai keluarga dan anak-anaknya dan memberikan kartu nama. Sebelum turun dia memberi saya permen dan satu bungkus tissue basah, Dia bilang ingin sekali memberi saya sesuatu untuk kenang-kenangan tapi dia tidak bawa apa-apa. Duh ibu bisa ngobrol dan berbagi cerita saja saya sudah senang sekali.

Solo trip saya berikutnya yang membekas dan bertemu banyak orang baik adalah China. Orang banyak menghawatirkan saya ketika akan pergi ke China, banyak hal negatif yang mereka katakan, justru perjalanan ke China adalah trip yang paling mulus hampir tidak ada kendala. Dari mulai betemu supir minibus yang baik menuju The Great Wall di Mutianyu, lalu mbak baik memberikan makanan ketika perjalanan naik sleeper train selama 15 jam, dia sama sekali ga bisa Bahasa Inggris dan saya ga bisa Bahasa Mandarin, dengan bantuan translator dari hp akhirnya kami bisa berkomunikasi, lucunya kalo kami menertawakan sesuatu ada delay dulu baru ketawa setelah baca terjemahan di hp hahaha.

Cerita mengharukan ketika perjalanan dengan sleeper train dari Xian menuju Shanghai. Saat di ruang tunggu stasiun, sebelah saya ada kursi kosong tiba-tiba ada seorang ibu mendekati saya dan bicara dalam Bahasa Mandarin entah ngomong apa saya cuma mengira-ngira kalo dia minta kursi yang kosong jangan di kasih ke orang lain dan saya hanya mengangguk dan meletakkan tas saya di kursi yang kosong. Agak lama si ibu kembali bersama suaminya dengan 2 koper. Ternyata benar dugaan saya hehehe untung kursi ga di kasih ke orang. Ternyata setelah ngobrol si ibu adalah seorang dosen, pantas lumayan bisa Bahasa Inggris dan sesekali dia translate ke suaminya yang ga ngerti obrolan kami. Ibu ini ke Shanghai sendirian untuk mengunjungi ibunya dan suaminya hanya mengantar sampai ke dalam gerbong. Ketika tau saya dari Indonesia dan sedirian pula, si ibu keliatan khawatir hehehe. Dia menanyakan tiket saya dan ternyata kami satu gerbong dan kamar sleeper trainnya sebelahan, ya Tuhan begitu banyak orang baik yang Engkau kirim. Si ibu wanti-wanti nanti saat boarding jangan jauh-jauh dari dia dan suaminya. dalam hati saya santai aja bu. Wow ternyata dari boarding ke kereta lumayan jauh jalannya dan orang banyak sekali berdesak-desakan. Aneh ya orang kan udah pada punya tiket dan no kursi kenapa masih berdesak-desakan. Di depan pintu gerbong saya terpisah dengan ibu dan suaminya, mereka sudah naik duluan dan saya kesusahan naik gerbong karena koper saya juga berat (tutup mata). Ya sudah gapapa kepisah juga toh nanti di dalam ketemu lagi. Tanpa saya duga si Bapak mencari di tengah-tengah orang yang saling dorong dia memanggil saya dan mengambil koper saya sampe ke depan sleeper bed saya. Ya Tuhan saya ga berenti bersyukur  Engkau pertemukan saya dengan kedua suami istri ini rasanya pengen nangis karena terharu. Tidak sampai di situ kebaikan mereka, setelah si Bapak turun si ibu menghampiri dan memberi saya buah-buahan dan menawari mie seduh, dengan halus saya tolak karena saya juga bawa dan harus di makan untuk mengurangi beban koper. Saat meninggalkan saya, dia bilang nanti turun bareng lagi ya nanti saya tunjukan dimana kamu harus naik kereta ke tempat kamu menginap, duuh pengen peluk deh. Setelah ngobrol dan makan mie seduh kami ke tempat tidur masing-masing supaya besok pagi kita bangun dengan segar. walaupun perjalanan hampir 16 jam tapi kereta hampir ga pernah berhenti. Keretanya hanya berhenti di 2 stasiun terakhir sebelum tiba di Shanghai, kebayang ya kalo keretanya kaya di Indonesia yang tiap jengkal ada stasiun nyampenya berapa lama hehehe. Sebelum turun saya ingin sekali memberi ibu ini kenang-kenangan karena sudah baik sekali, saya hanya punya satu bungkus permen jahe Indonesia dan beberapa koin uang 1000 rupiah. Saya bilang bu saya hanya punya ini sebagai ucapan terimakasih. Uangnya ga ada nilainya, paling tidak saat ibu liat koinnya, mengingatkan ibu pernah bertemu saya. Di luar stasiun ternyata ibunya sudah menjemput. Ibu ini lumayan sudah sepuh dan hebatnya memiliki ibu yang lebih sepuh dan masih sehat. Kami keluar stasiun bersama, tidak ada kata-kata lagi kami hanya tertawa bersama. Ibu dan ibunya mengantar saya sampai depan pintu masuk subway yang tidak jauh dari pintu stasiun kereta dan masih saja memastikan saya supaya jangan salah jalur subway hehehe tenang aja bu itinerary saya sudah lengkap. Kami berpisah di sini dan akhirnya berpelukan, pengen nangis tapi malu.

Setiap perjalanan selalu ada cerita yang tidak pernah sama, unik dan berkesan. Ketika saya traveling dengan beberapa travel mate jarang saya mengalami cerita seperti ini. Tetep seru tapi ya seru di antara kita saja karena tidak banyak berinteraksi dengan orang lain.

Semoga cerita saya memberi pencerahan buat yang ingin belajar solo traveling. Cobain deh dan happy traveling :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun