Mohon tunggu...
Nessa Ramadhani
Nessa Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa S1 Kedokteran Gigi semester 2 di sebuah universitas di Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsumerisme: Bentuk Keuntungan atau Kemalangan

17 Juni 2024   16:41 Diperbarui: 17 Juni 2024   16:50 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konsumerisme merupakan sifat yang masuk dalam golongan kapitalis. Penerapan yang dilakukan adalah dengan melakukan produksi berupa kepemilikan pribadi dengan tujuan untuk mencapai keuntungan yang maksimal dengan eksploitasi (Nur Lailatul Fitriah, et al., 2023). Penggambaran dalam teori ini bahwasanya sebuah objek tidak hanya memiliki use value dan exchange value, tetapi ia juga memiliki symbolic value dan sign value. Sehingga, dalam konteks ini konsumerisme memiliki peran berganda yakni dalam penggunaan barang sekaligus status sosial di dalam masyarakat. Kedudukan sosial dalam masyarakat ditentukan oleh jenis barang ataupun status ekonomi yang dimiliki oleh individu. Konsumerisme jelas akan membantu dalam upaya peningkatan pendapatan baik daerah maupun negara, namun memiliki sisi yang berbeda bagi orang yang terjebak di dalam implementasinya.


Implementasi dari social identity memerlukan banyak dana yang dikeluarkan. Fenomena konsumerisme hadir dalam kehidupan terkini dengan menunjukan status kedudukan sosial mereka dengan kemampuan untuk mengikuti tren yang berkembang dan keinginan untuk mampu bersaing dengan kepemilikan yang dimiliki oleh orang sekitar. Contoh nyata fenomena ini ada pada perkembangan K-Pop di Indonesia yang seolah menuntut adanya peran dalam keikutsertaan terhadap tren tersebut dan membuat banyak para remaja melakukan konsumsi berlebih terhadap barang atau bahkan konser tanpa memperdulikan adanya prioritas kebutuhan sebagai pembuktian sebagai fans dan menjadi sebuah kepuasan sesaat (Ayob, 2021).


Mengikuti tren, kesenangan dan hobi bukan menjadi sebuah masalah jika memahami prioritas dalam hidup. Akan menjadi sebuah masalah apabila dalam perwujudan hal tersebut tidak mengimplementasikan terhadap prioritas sehingga menimbulkan budaya konsumerisme yang sangat tidak sehat dan dapat terjebak dalam buaian perkembangan dan kemajuan dunia yang seharusnya dapat berfokus terhadap kebutuhan dan pengembangan dalam diri untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.

Referensi :


Ayob, N. S., & Abdullah, A. (2021). Budaya Konsumerisme Dalam Kalangan Penggemar Korea Pop ( KPOP ). Jurnal Wacana Sarjana, 5(3), 1--16.
Nur Lailatul Fitriah, Muhammad Hifdil Islam,  dan R. F. D. (2023). Dampak Korean Wave Terhadap Perilaku Konsumerisme Merchaindise K-Pop Dikalangan Mahasiswa Probolinggo. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 5(2), 1349--1358.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun