"Adif. Awass!!"
 "Aaaaaa!!!!!"
 Sudah dua minggu aku tak bangun-bangun. Entah apa yang terjadi diluar sana.
Hai, namaku Adif Prayomi, umurku 17 tahun. Aku anak pertama dari dua saudara. Adik laki-laki ku bernama Raif Prayomi, umurnya 9 tahun. Disini ku akan ceritakan sedikit kisah hidup ku yang tidak begitu bermakna. Kekosongan, kehampaan, hingga hasrat untuk balas dendam.
Kembali ke masa lalu. Sejak kecil aku selalu diejek, diremehkan, bahkan direndahkan oleh orang-orang sekitarku. Saat disekolah aku dibully oleh teman-temanku. Dan saat dirumah aku selalu dimarahi hanya karna sebuah kesalahan kecil saja. Tapi, yang paling menyakitkan buatku ialah saat aku disalahkan sampai dimarahi atas sesuatu yang sebenarnya bukanlah salahku. Dan aku sangat ingat ketika aku dipermalukan didepan orang-orang yang tidak aku kenal. Mirisnya lagi, semua itu dilakukan oleh orang-orang terdekatku, yaitu orang-orang yang ada hubungan darah denganku. Atau yang disebut dengan keluarga.
Aku begitu kesal dengan yang namanya keluarga. Keluarga itu tidak ada artinya sama sekali. Aaaaahhhh! Aku tak bisa mengendalikan diriku sendiri. Ingin sekali rasanya bisa membalas semua perbuatan mereka padaku.
Apa yang telah mereka perbuat padaku itu sangat berdampak besar pada kehidupanku yang sekarang ini. Aku jadi seorang yang penyendiri, pendiam, pemalu, dan bahkan tidak mau bersosialisasi. Karna aku tak bisa mempercayai orang lain, terutama keluarga.Â
Pikiranku kosong dan hidupku terasa hampa. Aku tak punya semangat lagi dan tak berminat untuk melakukan hal-hal yang kusukai.
Setiap malam pikiranku selalu dihantui oleh nafsu ingin membunuh. Tapi aku tak bisa melakukannya. Diriku pun dipenuhi dengan emosi-emosi negatif. Karena tak bisa menampungnya lagi, aku pun melampiaskannya dengan melukai diriku sendiri.Â
Aku tau hal itu tidak baik, tapi mau gimana lagi. Aku sudah dikuasai oleh emosi negatif itu. Dan ingat, semua itu terjadi karna mereka yang tidak bertanggung jawab dan tak punya rasa bersalah. Mereka sama sekali tidak tau bagaimana rasa sakitnya itu. Ku menahan rasa sakit itu selama 9 tahun. Hampir tiap malam aku tak bisa tidur dan selalu menangisi diri sendiri. Betapa bencinya aku pada diriku sendiri.
# (masa sekarang)