Mohon tunggu...
Neshfi yana
Neshfi yana Mohon Tunggu... Penulis - Sampit, Kalimantan Tengah

Saya punya hobi yaitu menggambar, membuat cerpen. Dan olahraga favorit saya yaitu bulutangkis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Akhir dari Hidupku

24 November 2019   15:24 Diperbarui: 24 November 2019   15:20 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu, hujan turun dengan lebatnya. Hingga membasahi tubuh ku. Lalu ku sandarkan tubuh ku. Pada sebuah pohon karet. Ku biarkan air hujan itu terus membasahi tubuh ku. 

Betapa sulitnya hidup yang aku jalani. Ada-ada saja masalah yang terjadi dalam hidup ku. Karna ini lah hidup. Pasti ada rintangan-rintangannya. 

Sebenarnya, aku ingin lari dari masalah. Aku ingin menghindar dari setiap masalah. Karna aku lelah dengan semua ini. Tapi aku tak bisa lari dari masalah. Dan aku juga tidak boleh berputus asa. 

Lalu, ku tatap langit mendung itu. Ku tutup mata ku perlahan. Dan ku rasakan tetesan-tetesan air hujan mengenai wajah ku. 

Keadaan disini begitu sunyi. Yang terdengar hanyalah suara rintikan air hujan dan suara katak. Tenang dan damai rasanya. Hingga membuat ku terlelap ke dalam mimpi. 

Beberapa saat kemudian, terdengar suara senapan yang menembakan pelurunya ke sekitar pohon karet yang  ku sandarkan. Saat aku terbangun suara tembakan-tembakan senapan itu. Aku melihat ada seekor ular disamping kanan kaki ku. Tatapannya begitu tajam. Lalu dengan cepatnya ular itu langsung menggigit kaki ku. Aku pun menggerang kesakitan. 

Dengan rasa sakit itu. Ku coba tuk berdiri. Kemudian aku mendengar suara beberapa kaki yang berlari ke arah ku. Mereka berteriak "Itu dia. Cepat! Tangkap dia!! ". Aku pun bergegas pergi dari tempat ini. Ku paksakan kaki ku untuk berlari. Namun, kaki ku hanya bisa bertahan dalam beberapa meter saja. Aku pun terjatuh. Aku sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri apalagi berlari. Tetapi aku tak berputus asa. Aku hanya bisa merayap seperti seekor cecak dengan menggunakan kedua tangan ku saja. Menuju ke semak-semak untuk bersembunyi. 

Lalu aku melihat ada sebuah tali didekat semak-semak itu. Aku pun menariknya. Akan tetapi, itu bukanlah tali. Melainkan seekor ular sawah. Lantas ular sawah itu itu melilit leher ku dengan eratnya. Dan mencekik ku dengan kuatnya. Hingga aku tak bisa bernafas lagi. Tubuh ku pun sudah tidak bisa digerakan lagi. Dan pada akhirnya, aku mengakhiri hidup ku di hutan yang dipenuhi dengam binatang-binatang buas lagi berbisa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun