Dengan dukungan berupa terapi perilaku, strategi pengelolaan emosi, serta pendampingan dari guru dan orang tua, anak-anak dengan ADHD dapat meningkatkan kemampuan sosial dan emosional mereka.
4. Gangguan Depresi
Depresi tidak hanya memengaruhi kesehatan emosional seseorang tetapi juga kemampuan mereka untuk menjalin hubungan sosial. Anak-anak atau remaja yang mengalami depresi cenderung:
- Menolak berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
- Merasa rendah diri atau putus asa sehingga sulit membangun hubungan yang sehat.
- Mengalami kesulitan dalam merespons emosi orang lain dengan tepat.
Gangguan depresi memerlukan perhatian khusus melalui konseling psikologis, terapi perilaku, atau dalam beberapa kasus, pengobatan untuk membantu individu mengatasi gejalanya.
5. Pengalaman Trauma
Pengalaman traumatis, seperti kekerasan fisik, pelecehan emosional, atau kehilangan orang tercinta, dapat menyebabkan gangguan dalam perkembangan sosial emosional. Anak-anak yang mengalami trauma sering kali menunjukkan:
- Kesulitan mempercayai orang lain.
- Respon emosional yang tidak proporsional, seperti rasa takut yang berlebihan atau agresivitas.
- Masalah dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
Intervensi berupa terapi trauma atau konseling berbasis dukungan dapat membantu individu pulih dari dampak pengalaman buruk tersebut.
6. Gangguan Perilaku Oposisional (ODD)
Gangguan perilaku oposisional adalah kondisi di mana anak menunjukkan pola perilaku yang menantang, bermusuhan, atau tidak patuh terhadap otoritas. Beberapa gejalanya adalah:
- Sering marah, berdebat, atau menentang aturan.
- Sulit bekerja sama dalam kelompok atau mengikuti instruksi.
- Cenderung menyalahkan orang lain atas kesalahan mereka.
Gangguan ini dapat mengganggu hubungan sosial di sekolah, rumah, atau lingkungan lainnya. Terapi perilaku dan pelatihan pengelolaan emosi dapat membantu anak mengatasi ODD.
7. Gangguan Identitas Diri