Mohon tunggu...
Nery Dwi Cahyani
Nery Dwi Cahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

I am an undergraduate student in Accounting, Faculty of Economics and Business, Airlangga University, Surabaya. I have an interest in scientific and non-scientific writing. I am a meticulous, structured, and agile person in doing assignments. I am ambitious and driven to continuously develop my writing skills.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Menilik Potensi Metaverse, Siapkah Indonesia Menghadapinya?

15 Juni 2022   07:00 Diperbarui: 6 Juli 2022   23:27 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital ini, internet tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Banyak negara yang berlomba-lomba untuk meningkatkan penetrasi internet dan kualitas konektivitas internet, termasuk Indonesia. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Hootsuite (We are Social), jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 204,7 juta orang atau naik 1% dari tahun 2021 ke 2022. Hal ini menandakan bahwa Indonesia cukup signifikan mewarnai persaingan dunia digital global.

Memasuki tahun 2000-an, perkembangan internet global sangat pesat sehingga muncul inovasi-inovasi baru. Salah satunya, yaitu metaverse, inovasi yang sedang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini. 

Metaverse merupakan era baru dalam dunia digital di mana manusia dapat bersosialisasi, bermain, maupun menjalankan bisnis secara virtual menggunakan perangkat Virtual Reality (VR) atau kacamata Augmented Reality (AR) yang menggambarkan dunia metaverse tampak lebih nyata.  

Metaverse berawal dari perusahaan raksasa teknologi dunia, Facebook, Inc., yang mengubah namanya menjadi Meta Platforms, Inc., pada 29 Oktober 2021.

Meskipun virtual, pengalaman yang dialami para pengguna metaverse bersifat real time, sama seperti kehidupan manusia di dunia nyata. Pengguna metaverse dapat membeli berbagai macam aset digital, seperti tanah, rumah, mobil, hingga karya seni. Mereka akan mendapatkan sertifikat kepemilikan yang sah atas kepemilikan aset digital tersebut. 

Harga aset yang dimiliki pengguna metaverse akan bernilai tinggi di pasaran jika banyak pengguna metaverse lain yang ingin membeli aset tersebut. Adanya teknologi non-fungible token (NFT) pada setiap aset metaverse memastikan bahwa aset digital unik bagi pemiliknya, bernilai, dan dapat diperjualbelikan.

Metaverse diprediksi akan menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Banyak pengembang perangkat lunak dan game yang akan mengintegrasikan produknya ke metaverse. Pengguna metaverse yang memiliki reklame juga dapat memasang iklan dengan biaya tinggi kepada penghuni metaverse. 

Selain itu, dalam bidang e-commerce, metaverse dapat meningkatkan keuntungan karena  hubungan dan transaksi dengan konsumen dapat lebih intens. 

Contoh nyata terkait hal ini adalah Gucci yang menjual pakaian virtual di metaverse untuk para pemain game The Sims dan Pokemon Go. Potensi ekonomi dan bisnis pada metaverse akan memberikan keuntungan yang besar bagi para penggunanya jika dimaksimalkan dengan baik.

Meskipun secara efektif baru dapat digunakan mulai lima hingga sepuluh tahun ke depan, Indonesia tetap harus bersiap untuk menghadapi perkembangan teknologi yang berkaitan dengan metaverse. 

Metaverse yang berada dalam teknologi blockchain dan mata uang kripto diharapkan dapat mendorong free market, di mana persaingan yang adil akan tercipta. Semua orang diperlakukan sama dan hanya produk yang berkualitas tinggi yang dapat survive di dalamnya.

Dampak Negatif Metaverse terhadap Kehidupan Manusia

Metaverse memang menggiurkan, tetapi berpotensi membawa dampak negatif terhadap kehidupan manusia. Metaverse berisiko mengancam keamanan siber karena pengguna yang masuk ke metaverse perlu melakukan verifikasi data diri. 

Seperti yang telah diketahui sebelumnnya, Facebook, perusahaan yang mempionirkan teknologi metaverse pernah mengalami berbagai skandal yang bersinggungan dengan masalah keamanan data dan privasi. 

Selain itu, metaverse juga berpotensi menimbulkan adiksi. Beberapa tahun kedepan, semakin banyak orang yang akan menghabiskan waktu di dunia metaverse dan mungkin kecanduan dengan dunia virtual.

Lantas, Bagaimana Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Metaverse?

Indonesia merupakan negara yang terbuka terhadap globalisasi. Dalam hal ini, inovasi dan digitalisasi menjadi kunci Indonesia untuk menghadapi era disrupsi metaverse. Sebagai negara berkembang, Indonesia masih memiliki beberapa hambatan dalam menghadapi disrupsi tersebut, antara lain:

  1. Tingkat penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia masih rendah
  2. Adanya ketimpangan akses internet
  3. Minimnya literasi tentang metaverse dalam Bahasa Indonesia
  4. Minimnya anggaran untuk riset dan penelitian
  5. Implementasi Virtual Reality  masih rendah
  6. Adanya dominasi perusahaan Big Tech yang sulit dibendung

Seiring dengan perkembangan metaverse yang semakin cepat, Indonesia perlu persiapan yang matang untuk menghadapi hambatan-hambatan tersebut, seperti penanaman pembelajaran teknologi dan peningkatan kualitas kurikulum, pemerataan akses internet, peningkatan alokasi anggaran riset dan penelitian, penyusunan regulasi yang mengatur tentang metaverse, dan persiapan mental masyarakat Indonesia untuk menghadapi perubahan. 

Dengan demikian, Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi pasar bagi metaverse, tetapi juga menjadi pelaku dan pemain utama dalam perkembangan metaverse ke depannya.

Daftar Pustaka

Riyanto, Andi Dwi. 2022. Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report 2022. (https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2022/, diakses pada 14 Juni 2022)

Pradana, Rifqi Ariffal. 2022. Menilik Potensi Metaverse di Indonesia, Akankah Dapat Berkembang?. (https://www.kompasiana.com/rifqiariffal/629622a453e2c335831ab412/menilik-potensi-metaverse-di-indonesia-akankah-dapat-berkembang, diakses pada 14  Juni 2022)

Dalfa, Dela. 2022. Metaverse Wajibkan Masyarakat Melek Teknologi. (https://www.kompasiana.com/dalfa1412/629f142baa3ccd3470070142/metaverse-wajibkan-masyarakat-melek-teknologi, diakses pada 14  Juni 2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun