Mohon tunggu...
Miliarwan
Miliarwan Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta angkatan 2018/2019 Hobby bermusik #NextWorldWideArranger

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mari Berkenalan dan Jaga Simakobu, Fauna yang Hampir Punah Ini...

18 November 2018   20:16 Diperbarui: 18 November 2018   20:54 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Simakobu, sebuah kata yang terdengar asing di telinga kita. Apa sebenarnya simakobu itu ? Simakobu adalah sebutan untuk hewan atau fauna khas dari Indonesia. Dari artikel yang pernah saya cari tentang simakobu, simakobu adalah hewan yang paling langka saat ini. Berbeda dari orangutan atau harimau sumatera yang merupakan spesies langka namun masih terasa tidak asing di telinga kita.

Secara klasifikasi ilmiah, simakobu merupakan hewan dengan kingdom "Animalia", filum "chordata", kelas "Mammalia", Ordo "Primates", subordo "Haplorhini", infraordo "Simiformes", family "Cercopithecidae", Subfamili "colobinae", genus "Simias", dan spesies "Simias Concolor".

Simakobu adalah salah satu fauna atau hewa khas Indonesia yang terancam punah, bahkan dikatakan pada sebuah artikel bahwa simakobu adalah hewan yang paling langka di Indonesia saat ini. 

Bahkan hewan atau fauna ini tercatat sebagai 25 hewan primata paling langka di dunia. Fauna ini memiliki nama ilmiah Simias concolor. Hewan ini termasuk dalam kelas Mammalia, yaitu hewan yang berkembang biak dengan cara beranak. Simakobu ini adalah fauna yang masih kerabat jauh, seperti kita manusia, simakobu adalah sepupu dari kera. Simakobu dijumpai di Indonesia tepatnya di Pulau Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan, serta di Pulau Siberut.

Secara fisik, simakobu jantan memiliki panjang sekitar 490-550 mm dan berat 8,7 kg. Sedangkan simakobu betina memiliki panjang sekitar 460-550 mm dan berat 7,1 kg. Panjang ekor simakobu bervariasi antara 14-15 cm. 

Ada dua jenis warna yang dapat ditemukan pada simakobu, yaitu warna abu-abu gelap dan coklat, muda, namun spesies simakobu dengan warna abu-abu gelap lebih umum ditemui. 

Ukuran kaki dan tangan simakobu sama panjang. Jika dibandingkan dengan spesies primate dengan subfamili colobinae, simakobu memiliki ukuran yang lebih pendek, tidak berbulu (bulu hanya terdapat pada ujung ekor). Karena bentuk ekor simakobu yang menyerupai ekor babi, tidak jarang ia disebut sebagai monyet ekor babi.

Simakobu dikatakan sebagai hewan endemik Indonesia, namun persebaran hewan ini hanya berada di sekitar Kepulauan Mentawai, tepatnya di daerah barat pantai Sumatera. Hewan ini memilih daerah hutan rawa dan hutan dataran rendah sebagai habitat dan tempat tinggalnya. Selain itu, simakobu juga ditemukan di hutan primer yang terletak di lereng bukit. Musim lahir bagi simakobu terjadi di antara bulan Juni dan Juli.

Populasi simakobu terus menurun selama 10 tahun ini, lebih tepatnya menurun sebanyak 90%. The International Union for Conservation of Nature telah menilai status konservasinya sebagai "sangat terancam punah". 

Kelangkaan ini diakibatkan karena perburuan yang berlebihan dan habitatnya yang telah rusak dan hilang. Hutan primer yang digunakan simakobu sebagai habitatnya kini terus berkurang karena hutan tersebut dijadikan sebagai perkebunan kelapa sawit. Simakobu juga banyak dijual oleh masyarakat sehingga banyak yang diburu.

Tindakan dalam upaya untuk melestarikan simakobu ini juga telah dilakukan. Beberapa diantaranya adalah melakukan peningkatan perlindungan untuk Taman Nasional Siberut sebagai habitat alami simakobu; melakukan perlindungan terhadap hutan Peleonan di Siberut Utara yang merupakan rumah bagi populasi primate yang mudah dijangkau; melakukan perlindungan pada kawasan Kepulauan Pagai melalui bekerja sama dengan sebuah perusahaan penebangan yang telah terlatih; meningkatkan pendidikan konservasi terutama mengenai berburu; dan melakukan pengembangan model ekonomi alternatif bagi masyarakat local untuk mengurangi kemungkinan menjual tanah mereka kepada perusahaan penebangan yang ingin membuka hutan.

Marilah kita, sebagai masyarat Indonesia yang memiliki akal budi dan hati nurani, agar menjaga semua flora dan fauna khas maupun bukan khas Indonesia. Mari kita lestarikan flora dan fauna di Indonesia dan STOP perburuan liar yang berlebihan dan penebangan hutan yang liar demi kenyamanan kita bersama.

Miliarwan - Mahasiswa Aktif Universitas Atma Jaya Yogyakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun