Mohon tunggu...
Neowise
Neowise Mohon Tunggu... Tutor - Pelatihan dan konsultasi

Pengetahuan melihat dan memahami tentang masalah kehidupan dikaitkan dengan pengenalan diri sebagai sumber sebabnya.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Waspada! Pola Berulang itu Ada dan Nyata

9 September 2024   14:10 Diperbarui: 9 September 2024   14:14 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di perjalanan kehidupan kita sebenarnya ada terjadi pola-pola yang berulang dari generasi sebelumnya hingga generasi selanjutnya. Mungkin buat sebagian orang "luput" melihat atau menyadari adanya pola berulang ini bahkan mungkin saat ini sedang berlangsung.

Pola berulang adalah merupakan pengalaman hidup yang berulang kembali di setiap generasi meskipun wujud pengalamannya tidak harus persis sama. Sebagai contoh untuk mudah memahami tentang pola, misal ada orangtua yang alami kegagalan di usaha dalam perjalanan hidupnya, kemudian salahsatu anaknya juga mengalami hal yang sama atau mirip. Ada pasangan yang tidak harmonis dalam relasi dan kemudian anaknya juga mengalami hal yang sama, misalkan sampai terjadi perceraian. Dan pengalaman itu dapat dilihat terjadi hampir di semua generasi jika masih bisa ditelusuri ke belakang.

Pola berulang ini tidak selalu bersifat sama namun bisa juga terbalik. Dan biasanya pola berulang inilah yang menjadi masalah-masalah dalam kehidupan kita. Pola berulang ini juga menjadi "ciri" dalam satu garis keturunan yang mana lazim kita dengar tentang "faktor keturunan".

Oleh karena itu sering kita lihat di mana seseorang yang mau mencari pasangan hidupnya, orangtua biasanya akan bertanya atau mencari tahu latar belakang dari calon pasangan anaknya seperti apa, ada kisah-kisah apa saja yang terjadi di keluarga calon pasangan anaknya. Tentu jika banyak kisah atau pengalaman yang tidak baik maka cenderung mau dihindari atau dihentikan.

Kesulitan untuk melihat pola berulang itu "ada" dikarenakan keterbatasan informasi. Katakan saja misal di level orangtua kita. Tidak semua pengalaman hidup mereka kita ketahui, terutama yang tidak kita lihat, misal karena memang kita belum terlahir, atau memang orangtua tidak menceritakannya karena berbagai alasan tertentu misal yang berupa aib yang memalukan, tidak menyenangkan, atau orangtua sendiri menyangkalnya. Namun perlu diketahui dan diingat bahwa pola berulang dapat terjadi pada anak dan generasi selanjutnya meski mereka tidak ketahui "ceritanya".

Mengapa?
Dalam relasi antara orangtua dan anak tentu saja timbul beragam pikiran dan perasaan, baik di relasi yang baik maupun buruk. Relasi orangtua dan anak adalah relasi emosional. Apalagi jika relasi keduanya buruk di mana ada intensitas emosi cukup tinggi di situ. Kondisi emosional inilah yang menjadi "alat penggiring" terjadinya pola berulang itu. 

Dikatakan "penggiring" artinya pola berulang tidak terjadi secara dadakan tapi melalui rangkaian proses penggiringan yang memang kadang sulit untuk dilihat atau diketahui. Ini juga yang kadang membuat orang tidak menyadari lagi bahwa pengalaman demi pengalaman yang dialami adalah penggiringan atau sudah merupakan pola berulang.

Dengan sudah mengetahui adanya pola berulang terjadi dalam kehidupan, biasanya orang suka langsung bertanya, "Bagaimana cara memutuskan pola berulang?" Banyak yang dihinggap ketakutan setelah mengetahui tentang pola berulang ini padahal tidak perlu.

Kebanyakan orang menganggap dengan membereskan emosi di dalam diri adalah cara memutus pola berulang. Bukan salah tapi juga bukanlah benar. Emosi hanyalah "alat penggiring" semata. Jadi dengan membereskan emosi mungkin hanya akan memperlambat proses penggiringan saja. Ada hal lain yang perlu dipahami lagi.

Mengapa pola berulang itu "ada" dalam kehidupan kita?


Ada informasi atau pesan apa sebenarnya di balik pola berulang itu untuk diri kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun