Mohon tunggu...
New bie
New bie Mohon Tunggu... -

Akoe adalah apa yang kamoe fikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Matikoe.....

9 September 2012   18:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:42 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tatapan matanya tertuju padaku. Di antara yang lain, hanya Ia yang terlihat senang dengan keadaanku. Aku begitu lemah dan tak mampu menatap wajahnya. Ia tak kukenal tapi mengapa Ia berada di antara mereka? Aku berusaha menjawab pertanyaanku sendiri namun aku begitu lemah untuk membuka memori di laci otakku. Dalam kedinginanku saat ini, aku terhangatkan oleh genggaman tangan sosok yang kutahu begitu tulus mencintaiku sejak dulu. Aku memalingkan wajahku ke arahnya. Aku memberikan senyum termanisku untuknya. Ia menitikkan airmata. Mungkin itu airmata bahagia. Mungkin itu airmata tanda cintanya padaku. Tetesan airmatanya membasahi tanganku. Aku tak lagi menatapnya, takut bertambah deras airmatanya. Kembali kulihat sosok itu, sosok yang sejak tadi seolah menertawai keadaanku. Kini tubuhku tak berdaya hingga aku tak mampu menghampirinya. Aku melemah dan tubuhku terasa begitu ringan.Hei... siapa dia? Tanyaku pada mereka yang sejak tadi kudengar isak tangisnya. Siapa yang kalian tangisi? Mengapa aku diabaikan. Mengapa hanya aku dan si 'asing' itu yang tak menitikkan airmata?Si 'asing' menghampiriku dan mengajakku pergi dari sini. Pergi dari kamarku. Aku menolaknya. Aku bertanya padanya. Siapa dia? Dan siapa orang itu? Orang yang sejak tadi terbaring lunglai di ranjang dan ditangisi banyak orang.Pertanyaanku tak terjawab. Kini aku tak merasakan lagi hangatnya genggaman itu. Aku menjauh, namun aku mau sehari lagi. Beri aku waktu sehari lagi.Si 'asing' menggeleng. Aku tertunduk. Inikah waktunya? Inikah waktunya aku pergi? Kulihat diranjangku terdapat pria dengan mata terpejam. Wajahnya terhiasi oleh sunggingan senyuman. Itu aku.Sambut aku di ArsyMu...Memang aku tak mampu mengulur waktu hingga esok. Memang inilah giliranku. Memang tak mampu kunikmati waktu sehari lagi.Inilah hari dimana aku dirangkul oleh amalanku dan dihujat oleh dosaku. Kini, giliran aku yang menitikkan airmata dan menangisi kepergianku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun