Jadi teringat masa kecilku dulu, meskipun aku lahir dari keluarga yang tidak sempurna namun aku sangat bersyukur berada di bawah pengasuhan keluarga utuh yang menurutku sangat ideal sebagai orang tua. Sejak kecil, aku diasuh oleh Pamanku. Kakak dari ayahku. Pamanku bekerja di Depag dan istrinya bekerja sebagai guru agama. Sejak kecil, dasar-dasar agama dan berprilaku yang baik telah mereka tanamkan kepadaku.
Kami tinggal di Jakarta dengan segala kesibukannya dan keterbatasan waktu. Tapi abi dan umi sangat pandai mengatur waktu yang berkualitas. Setiap hari kami dibiasakan untuk sholat subuh, magrib dan isya berjamaah. Abilah yang menjadi imamnya. Kami juga dibiasakan mengaji 10 ayat setelah sholar magrib secara bersama-sama, setelah itu ditutup dengan makan dan belajar bersama.
Sungguh, ketika kecil, sholat dan mengaji awalnya aktivitas harian yang tidak aku sukai. Terasa seperti beban buatku dan tidak menyenangkan. Tapi ternyata aku salah, sekarang aku sangat bersyukur di bawah pengasuhan keluarga yang menomersatukan pendidikan agama. Dan berusaha menerapkannya kembali kepada anak-anakku. Ingin mereka menjadi lebih baik dariku, atau setidaknya dengan standar yang sama seperti yang aku peroleh dahulu.
Seperti yang diajarkan oleh abi dan umi, aku juga mengajarkan kedisplinan nilai-nilai agama kepada anakku. Dimulai dari hal sederhana, menjalankan sholat 5 waktu, mengaji 3 ayat setelah sholat, tidak berkata bohong, tidak berbuat curang dan iri kepada orang lain. Berlaku baik dan tidak menyakiti orang lain dengan sengaja.
Dari ketiga anakku dan seisi rumah ternyata Michikolah (anak bungsuku yang berusia 7 tahun) yang paling disiplin menjalankan sholat 5 waktu. Michikolah yang menjadi satpam setiap azan berbunyi dan mengingatkan kepada kita semua,"Sudah sholat belum? Sudah ngaji belum? Cepetan jangan main game terus! Ayoo mama jangan dagang terus," Subhanallah, putri kecilku tumbuh menjadi anak yang sholehah.
Seperti percakapanku siang ini dengannya,
"Mama, kepalaku pusing banget,"Â Kata Michiko masih menggunakan mukena sehabis sholat
"Ya udah, kalau pusing Michiko tidur aja, supaya cepet sembuh," saranku padanya
"Tapi aku belum mengaji, Ma. Bagaimana aku bisa tidur,"
"Ya nggak papa, ngajinya ditunda dulu. Nggak usah ngaji dulu..
"Enggak mau ma, meskipun aku sakit dan kepalaku pusing banget aku harus tetap mengaji. Supaya aku lancar dan pintar baca Alquran. Kalau aku nggak pinter mengaji, nanti siapa yang nolongin mama kalau mama masuk neraka,"