Mohon tunggu...
Neny Silvana
Neny Silvana Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Unik, ekspresif, menarik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menghilangkan Iri Hati ketika Tulisan Orang Lain Lebih Baik dari Tulisan Kita

10 April 2013   18:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:24 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hidup, terlebih dalam hubungan interaksi kita dengan orang lain kita tak bisa menghindari rasa iri.

Rasa tak suka, ketika orang lain lebih baik atau lebih maju dari kita dengan standar kaca mata kita. Penyakit hati yang pada akhirnya merugikan kita sendiri dan menjauhkan kita dari orang-orang terdekat.

Pernahkah aku merasa iri atau diiriin? Seperti teman-teman lainnya, jawabannya PERNAH.
Sifat iri muncul dikarenakan kita tak puas atau tak pandai bersyukur dengan apa yang kita miliki dan tidak bisa memposotifkan pola pikir kita.

Iri hati adalah sebuah perasaan tidak puas yang timbul akibat keuntungan atau kesuksesan orang lain. Iri hati membuat orang merasa tidak nyaman ketika ada orang lain yang lebih darinya.

Hal ini rasanya sepele, mungkin kita alami sehari-hari, mungkin tanpa sadar kita rasakan, seolah-olah hanyalah sebuah ungkapan kekesalan sesaat yang alamiah, manusiawi dan tidak berbahaya.

Kita cenderung memaklumi perasaan iri hati sebagai sesuatu yang wajar, tapi berhati-hatilah. Iri hati adalah racun  yang mampu mengubah kasih menjadi kebencian, menghilangkan kasih, dan merusak hati

Dalam dunia tulis menulis  untuk menghindari rasa iri, sebaiknya kita memilih tema tulisan yang kita kuasai meskipun itu hanya tulisan sederhana dan ringan. Dengan menguasai apa yang kita tulis, kita tak perlu bersusah payah menjadi orang lain. Sibuk membandingkan tulisan kita dengan tulisan oranglain.Selain kita menjadi lebih ringan dalam menulis, akhirnya kita mempunyai personal branding. Berusaha mengoptimalkan apa yang kita  miliki tanpa sibuk melihat kanan kiri. Fokus, cari keistimewaan diri dan kembangkan.

Jika kita hanya mahir menulis cerita fiksi, tak perlu memaksakan diri menjadi penulis reportase dengan berita aktual. Jika kita hanya mahir menulis cerita tentang ibu dan anak, tak perlu memaksakan diri menjadi penulis pengamat ekonomi politik.

Jangan memaksakan diri hanya utuk dibilang bisa segalanya agar sama seperti si A atau si  B atau si C.  Tapi kita babak belur dan akhirnya menjadi rendah diri. Ketika penyakit hati sudah merasuk, terkadang di sela rendah diri dan sakit hati akhirnya kita mencari kambing hitam untuk kelemahan-kelemahan kita yang pada akhirnya akan merugikan diri kita sendiri.

Temukan dimana wilayah kita yang bisa unggul dan percaya dirilah dengan apa yang kita miliki. Setiap orang itu unik dan istimewa dengan kelebihan dan kekurangannya. Tanpa setau kita, pasti ada orang lain yang juga iri dengan kita dan ingin bertukar nasib dengan kita. Jadi, tak perlu iri!

*Memotivasi diri sendiri untuk menulis kembali. Ayoo Nen, mana buku solonya, sudah tahun 2013 :)



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun