"Iya, Mama tungguin dan Mama akan sering-sering melihat Chiko di kelas." Jawabku sambil mengganguk tanda setuju.
" Aku takut bu gurunya galak, aku takut dimarahin. Tulisan aku belum bagus, Ma. Mewarnai aku belum rapi, Ma. Ngaji aku juga belum lancar, Ma!" Michiko benar-benar tampak cemas.
"Nggak papa, nanti diajarin sama Bu guru. Ibu guru baik kok. Teman-teman Michiko juga baik," kataku menenangkannya.
"Aku malu, Ma. Nanti aku paling bodoh di kelas. Aku takut nggak sepinter Kakak Chacha dan Aak Rey. Aku kan malas belajar. Tapi aku janji akan berusaha, Ma," katanya dengan sungguh-sungguh.
Duh, sedih dan terharu mendengar kata-kata Michiko. Masih kecil udah tau rasanya stress menghadapi hidup dan tantangan haha.
********
Michiko bangun ketika hari masih gelap, subuh tepatnya. Meskipun dalam kecemasan, Michiko terbiasa disiplin dalam memanage waktu. Sangat apik dan teliti dalam merawat barang-barang miliknya. Dan sangat menjaga penampilan dan kebersihan diri dan kamar pribadinya.
"Ma, aku sudah bangun. Meskipun takut, tapi aku siap ke sekolah." Lagi-lagi Michiko tampak cemas dan memelukku.
"Tenang sayang, Mama anter ke sekolah, kita hadapi masalah ini bersama-sama. Kita dateng lebih awal, kita lihat situasi sekolahnya dan akan Mama temani Michiko mencari kelasnya. Oke?"Â kataku sambil mencium pipinya.
"Ayoo, segera mandi, nanti kita telat ke sekolah. Jangan lupa setelah mandi, minta sarapan sama mbak.!" perintahku padanya, karena akupun akan bersiap-siap dan mengurus Reyhan yang juga baru masuk sekolah. tahun ajaran baru.
"Iya, Mama dandan yang cantik ya, secantik aku! Hahahaha ." Goda Michiko kepadaku.