Mohon tunggu...
Neny Isharyanti
Neny Isharyanti Mohon Tunggu... lainnya -

Pengajar di Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Indonesia. Peneliti di bidang Computer-Assisted Language Learning. Ibu dari 2 anak yang luar biasa. Suka menulis puisi dan bermain permainan komputer. Karya yang lain bisa dilihat di http://nenyizm.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Takkan Salah

26 November 2011   13:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:10 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukannya karena kayak abang becak, Mbak?" Timpal Dea menggodaku, ditimpa tawa teman-teman.

"Bukan dong, masak cakep-cakep dibilang kayak abang becak sih, Dea. Ini lho, Ucok ini pembawaannya kalem dan kakak sekali. Terus melankolis juga ya kayaknya. Kamu tadi bilang dia sedang patah hati ya, Dea?"
"Iya, Mbak, dia ini udah diputusin dari kapan hari tapi patah hatinya nggak sembuh-sembuh sampai sekarang."
"Ya kalau lihat si Abang ini memang dia tipe yang sulit melupakan kalau sudah cinta. Ya nggak, Abang?"

Dan sejak saat itu, buatnya aku selalu si Abang...

Masa Depan

Di depan rumahnya. Masih rumah yang sama tempat dulu aku dan teman-teman LK sering bertandang. Rumah kuno model tahun 70-an dengan jendela besar-besar dan tembok tinggi. Rumah bercat hijau dengan sebatang pohon rambutan besar menaungi halamannya. Di depan ada teras dengan kursi-kursi kayu model Jepara dikelilingi pot-pot tanaman suplir. Di teras itu kami semua sering mengobrol dengannya tentang segala hal: kuliah, film, buku, LK, dan tentu saja curhat teman-teman tentang pacar-memacar.

Berapa tahun yang lalu aku terakhir menginjakkan kakiku di rumah ini? Aku tak pernah lagi berkunjung setelah dia harus pergi ke Amerika untuk studi S3 lima tahun yang lalu. Aku waktu itu masih kuliah tahun ketiga. Aku ingat kami mengadakan pesta perpisahan untuknya, dua minggu sebelum dia berangkat. Kecil-kecilan saja, cuma teman-teman fungsionaris, ditemani satu krat teh botol dan gorengan serba sederhana. Kami menghabiskan lima jam, bicara segala hal, berkelakar sana sini, dan berjanji untuk berkabar. Namun janji itu tak terlalu ditepati. Kami semua sibuk dengan urusan masing-masing. Apalagi setelah kami semua lulus, kami seperti daun yang tertiup angin ke segala arah, melanjutkan hidup kami masing-masing. Dan lupalah kami untuk berkabar, kecuali sesekali meninggalkan komentar di dinding facebook satu sama lain.

Yang mungkin teman-teman LK tidak tahu adalah aku kembali lagi ke rumah ini dua hari setelah acara pesta perpisahan itu. Entah apa yang menggerakkanku untuk melajukan motorku di sore itu ke rumahnya. Mungkin saat itu tanpa sadar aku sudah terpikat olehnya.

Masa Kini

"Eh, Abang. Tumben sore-sore. Sendiri?"

"Iya, sendiri, Bu. Maaf aku mengganggu."

"Oh, enggak kok. Duduk sini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun