Mohon tunggu...
Nenvira Nafanina
Nenvira Nafanina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya tertarik dan memiliki hobi memasak serta berwisata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Eksistensi Manusia yang Terikat dengan Keinginan Hidup

26 Oktober 2023   18:53 Diperbarui: 26 Oktober 2023   18:55 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki era modern di abad 21 ini, marak terjadi kasus peminjaman online. Peminjaman online seperti paylater sangat marak terjadi di kalangan remaja bahkan orang tua. Kebanyakan terjadinya kasus ini didasari oleh gaya hidup atau lifestyle yang "hedonisme". 

Kebanyakan gaya hidup mewah diterapkan masyarakat demi gengsi semata. Masyarakat yang menerapkan sifat hedonisme cenderung memiliki sifat hidup yang menghargai materi secara berlebihan dan seseorang hanya berfokus mencari kesenangan. Sifat hedonisme bisa dikenal dengan perilaku konsumtif, sebuah materi akan menjadi tolak utama dalam menjalani kehidupan.

Peminjaman online di kalangan masyarakat sudah menyebar luas, bahkan hampir seluruh lapisan masyarakat mengadopsi hal tersebut. Hal ini didasari karena banyak masyarakat menerapkan perilaku konsumtif, tidak hanya dari golongan kelas atas, kelas bawah juga menerapkan praktik tersebut. Penyebab praktik ini adalah perbedaan kelas sosial antara yang kaya dan miskin. Lalu bagaimana munculnya praktik tersebut?

Pertama, orang dengan kelas ekonomi menengah kebawah akan terus mengadopsi gaya hidup mewah, bahkan mereka tidak mampu dalam melaksanakan praktik tersebut. Kedua, orang dengan ekonomi kelas atas akan terus menempatkan dirinya sebagai individu yang memiliki penghormatan tinggi, sehingga mereka mampu untuk menerapkan gaya hidup mewah.

Dengan adanya praktik tersebut, masyarakat berlomba-lomba melakukan peminjaman online, mereka rela berhutang agar bisa menerapkan gaya hidup mewah. Latar belakang munculnya permasalahan ini adalah sebuah keinginan.

Misalnya di Jakarta, banyak kalangan artis yang mengoleksi mobil mewah, tas branded, sepatu, baju, dan masih banyak lagi. Bahkan, sebelumnya mereka sudah memiliki barang tersebut. Tidak hanya dari golongan artis, masyarakat kelas bawah juga akan berusaha mewujudkan keinginannya, dengan melakukan berbagai cara. 

Mereka akan terus memenuhi suatu keinginan agar kesenangan dapat terwujud. Praktik ini akan membuat seseorang cenderung bersikap "hedonisme". Munculnya praktik tersebut akan membuat suatu individu melakukan berbagai tindakan untuk mencukupi sebuah keinginan dalam hidup mereka.

Sebelum menguraikan lebih jauh tentang gaya hidup hedonisme yang hanya menjadi keinginan di era modern ini, mari kita ingat dan kaitkan dengan pemikiran seorang filsuf Arthur Schopenhauer. Arthur Schopenhauer adalah seorang filsuf Jerman yang lahir pada 22 Februari 1788, di Denzig Polandia. Konsep utama Arthur yaitu menekankan kehendak atau hasrat manusia.

Dalam konsepnya kehendak menurut Schopenhauer adalah kekuatan dasar yang mendorong tindakan manusia. Schopenhauer juga melihat adanya kehendak metafisis dalam kehidupan manusia. Kehendak metafisis sebagai penentu aktivitas dari manusia itu sendiri. Apabila tidak adanya suatu kehendak manusia tidak pernah ada.

Terdapat 2 kehendak menurut Schopenhauer. Pertama, kehendak individu (the will), Schopenhauer berpendapat bahwa keinginan manusia adalah sia-sia, tidak logika, tanpa pengarahan dan berujung pada kekecewaan.  Kedua, kehendak universal (the will as a whole) kehendak ini merupakan kehendak yang  bersifat abadi, manusia dapat berkontemplasi untuk mengubah diri.

Schopenhauer berpendapat bahwa keinginan manusia adalah sebuah keberadaan metafisika yang mengontrol tidak hanya tindak-tindak individual, tetapi khususnya seluruh hal yang bisa diamati. 

Pandangan filosof Schopenhauer memandang hidup adalah sebuah penderitaan. Pandangan filosof Schopenhauer dapat kita kaitkan tentang penderitaan yang dilakukan oleh manusia, yang awalnya hanya ingin memenuhi suatu keinginan mereka dan berakhir pada kekecewaan dan penderitaan.

Keinginan merupakan suatu hal yang seharusnya bisa kita kendalikan tambah di era modern ini. Suatu keinginan tidak akan bisa dikendalikan tanpa adanya cara berpikir dari diri kita sendiri. 

Keinginan manusia itu hanya semata saja dan akan berakhir kekecewaan, karena manusia tidak mementingkan suatu kebutuhan hidup melainkan hanya keinginan untuk memiliki saja. 

Seperti kasus pinjaman online, tidak sepatunya kita berhutang hanya untuk memenuhi keinginan kita akan suatu barang, bahkan barang tersebut hanya untuk formalitas semata. Jika keinginan tersebut sudah terpenuhi pasti akan muncul rasa kekecewaan karena tidak didasari perasaan bahagia untuk mendapatkannya.

Dari kajian filosof Schopenhauer dapat disimpulkan bahwa kehendak merupakan suatu hal yang menimbulkan penderitaan pada manusia, karena sejatinya manusia itu memiliki keinginan dan manusia itu cenderung tidak pernah terpuaskan dengan apa yang dimilikinya saat ini. Manusia tidak akan pernah merasa cukup dan akan terus memenuhi keinginannya tanpa berpikir terlebih dahulu dampak yang akan didapatkannya.

Untuk mengatasi penderitaan, Schopenhauer menemukan capaian, misalnya kita bisa berkontlempasi melalui seni atau hal positif lainnya. Solusi yang diberikan Schopenhauer ini dapat mengelola kehendak, menurutnya dengan seni dapat memberikan kontlempasi kehendak yang universal dari terus menerusnya permintaan kehendak. Dengan seni manusia bisa melepaskan diri dari kemauan yang menetap pada dirinya.

Manusia boleh mewujudkan keinginan tetapi harus berpikir terlebih dahulu, mana keinginan yang harus di penuhi sekarang dan mana keinginan yang harus dipenuhi nanti. Dengan kita menerapkan hal ini pasti hidup kita akan bahagia dan terhindar dari rasa cemas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun