Akan tetapi, bukan hanya itu yang dijadikan sebagai alasan penobatan Vinicius sebagai peraih penghargaan Socrates Award, Vinicius telah menunjukkan aksinya berkali-kali dalam melawan rasisme di dalam lapangan hijau.Â
Rasisme adalah salah satu isu sensitif di benua biru hingga saat ini, terutama di dunia sepak bola.
Terdapat beberapa pemain dalam benak penulis yang pernah menjadi korban rasisme. Ada Mario Balotelli, Evra, Ozil dan Benzema.Â
Terakhir, Vinicius mendapatkan perlakuan rasis di laga El Clasico meskipun itu belum terbukti karena masih dalam tahapan penyelidikan oleh tim Barcelona. Vinicius sendiri mendapatkan perlakuan rasis berulang-ulang dalam pertandingan La Liga.
Secara khusus pertandingan Real Madrid melawan Valencia di Mestalla, Minggu (21/05/2023), Vinicius berani mengkritik klub-klub sepak bola di Spanyol bahkan Federasi sepak bola Spanyol dituduh oleh Vinicius menormalkan aksi rasis di La Liga.
"Ini bukan yang pertama kalinya, bukan yang kedua kalinya, bukan pula yang ketiga kalinya. Rasisme normal di La Liga. Dalam sepakbola, mereka berpikir ini normal, begitu juga federasinya dan lawan mendorongnya," Vinicius menulis di akun Instagramnya.
Tuduhan ini sempat menjadi topik hangat di Spanyol karena Presiden La Liga menganggap Vinicius tidak memahami apa yang mereka kerjakan dalam menangkal aksi rasisme di Sepak Bola Spanyol.Â
Vinicius juga dianggap membuat tingkah yang memicu aksi rasis dalam bentuk rasis dari penggemar lawan.
"Kami sudah mencoba untuk menjelaskan kepada Anda apa itu La Liga dan apa yang bisa dilakukan dalam hal rasisme, tapi Anda tidak muncul sekalipun dalam dua tanggal yang disepakati yang Anda minta sendiri," Tebas menulis di akun media sosialnya seperti dikutip AS.Â
Sebelum mengkritik dan menyinggung La Liga, Anda perlu mencari informasi dengan benar. Jangan biarkan dirimu dimanipulasi dan pastikan Anda memahami kerja yang sudah kami lakukan bersama-sama," kata Javier Tebas