Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menerbitkan Buku untuk Melestarikan Budaya

2 Januari 2023   20:23 Diperbarui: 2 Januari 2023   20:26 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Alat ma Atolan | Dokumen Neno Anderias Salukh

Selain itu, ucapan terima kasih yang tak kalah penting untuk ilustrator, desainer, editor dan penerbit yang telah memberi kontribusi besar untuk penerbitan buku tersebut.

***

Buku Alat ma Atolan | Dokumen Pribadi
Buku Alat ma Atolan | Dokumen Pribadi

Dalam buku tersebut, saya sengaja menyinggung secara garis besar tentang bahasa Dawan (uab meto). Kemudian saya sengaja menetapkan artikel-artikel tentang bahasa di awal buku tersebut karena tanpa artikel yang mengulas tentang tata bahasa Dawan, maka artikel-artikel budaya yang disajikan dalam buku tersebut akan terasa mentah untuk dikonsumsi oleh orang awam.

Uab meto merupakan salah satu bahasa daerah yang memiliki penutur terbanyak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu Suku Dawan atau Suku Atoni (Atoin Meto) di Pulau Timor bagian barat.

Beberapa sub-suku yang tergolong di dalamnya adalah Amanuban, Amanatun dan Mollo yang bergabung di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Sub-suku Miomafo, Biboki dan Insana bergabung menjadi Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Sub suku Amarasi, Amfoang dan Fatuleu bergabung di Kabupaten Kupang dan Kota Kupang, dan Kusa dan Manlea di Kabupaten Malaka. Sedangkan sub-suku Ambeno terletak di Oecusse, Timor Leste.

Meski memiliki satu bahasa, dialek dan logat setiap sub-suku tersebut memiliki perbedaan. Misalnya, Amarasi yang terletak di Kabupaten Kupang, dan Kusa dan Manlea di Kabupaten Malaka dikenal sebagai Dawan r. Dialek Dawan r identik dengan setiap huruf l diganti dengan huruf r. Misalnya leko (baik) mejadi reko.

Karena penulis adalah orang Amanuban maka kalimat-kalimat bahasa Dawan di setiap artikel dalam buku tersebut ditulis sesuai dengan dialek sub-suku Amanuban. Saya juga menulis artikel-artikel tersebut menurut kacamata orang Amanuban sehingga kekurangan dan ketidaksempurnaan tentunya tidak luput dari buku tersebut.

Saya berharap, banyak orang bisa membaca buku tersebut sehingga tulisan-tulisan saya tentang budaya terus disempurnakan menjadi lebih baik.

Salam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun