Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Budidaya Sirih Pinang, Agribisnis dengan Inspirasi Budaya Lokal di NTT

3 Maret 2022   06:10 Diperbarui: 3 Maret 2022   08:12 2007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buah sirih | Dokumen Neno Anderias Salukh

Budaya menyirih (makan sirih pinang) di NTT masih sangat kuat. Menyirih sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat lokal di NTT, baik yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan.

Secara khusus masyarakat atoin meto di Pulau Timor, sirih pinang memiliki makna yang sangat penting dalam budaya. 

Sirih pinang bukan sebatas menyirih tetapi menjadi simbol sosial dan budaya dalam kehidupan masyarakat atoi meto. 

Dalam upacara-upacara adat, sirih pinang menjadi nomor satu. Karena itu, budidaya sirih pinang atau perkebunan sirih pinang dikuasai oleh masyarakat lokal yang masih memegang teguh budaya.

Menariknya, sirih dan pinang menjadi komoditas perkebunan yang sangat menguntungkan di dunia perdagangan. Karena sirih dan pinang merupakan tanaman yang hanya bisa dibudidayakan di wilayah-wilayah tertentu, tergantung kondisi tanah dan suhu setempat.

Sementara budaya menyirih tidak luput dari satu kelompok masyarakat pun di NTT sehingga sangat wajar jika sirih dan pinang menjadi agribisnis yang menggiurkan.

Selama menempuh studi, penghasilan terbesar orang tua untuk biaya studi lebih banyak berasal dari hasil penjualan sirih dan pinang. 

Pinang dalam keadaan tertentu dihargai dengan Rp 50 ribu/kg sementara sirih dijual dalam bentuk dus, setiap dua berukuran dus mie instan, bisa dihargai dengan Rp 750 ribu, yang memiliki ukuran lebih besar dihargai dengan Rp 1 juta.

Tentunya, harga seperti ini menarik bagi petani sirih pinang. Akan tetapi, seperti komoditas pangan pada umumnya, sirih dan pinang memiliki harga yang naik turun (hukum pasar). Ketika produksi meningkat maka harganya akan menurun karena tidak seimbang dengan permintaan pasar.

Namun para petani sirih pinang masih memilih bertahan karena terinspirasi dari budaya lokal yang masih mengandalkan sirih pinang.

Di beberapa tempat, petani sirih pinang diberdayakan oleh pemerintah karena memiliki peluang bisnis yang dapat memperbaiki ekonomi rumah tangga. Selain itu, petani sirih pinang memiliki peran yang besar dalam upaya ketahanan budaya di tengah ancaman global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun