Dan kedua, kurikulum tidak berpihak pada keunikan setiap anak.
Meskipun pemerintah menyediakan sekolah untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus, bukan berarti kurikulum sudah berpihak pada keunikan anak. Setiap anak yang berkebutuhan khusus maupun tidak berkebutuhan khusus memiliki keunikan masing-masing meskipun ada keadaan universal.
Mulai dari karakter, minat, dan bakat. Ada anak yang tidak suka belajar di dalam kelas tetapi tidak pernah lelah bermain bola, ada anak yang nilai matematikanya jauh lebih buruk dari teman-temannya tapi ia pandai berjualan untuk membantu orangtua.
Karena itu perlakuan dan didikan kepada setiap anak harusnya berbeda-beda. Di sini kurikulum tidak boleh diseragamkan dan guru harus pandai mengidentifikasi setiap anak untuk mengenali mereka.Â
Meski, Kurikulum 2013 hampir mendekati kesempurnaan menjawab persoalan, masih banyak yang mengeluh karena administrasi yang cukup banyak membuat guru cenderung memenuhi tuntutan sistem daripada menolong anak-anak belajar.
***
Berdasarkan kedua hal ini, Kurikulum Prototipe 2022 ini sangat perlu, bukan hanya sebagai solusi akibat pandemi Covid-19 tetapi diharapkan menjadi solusi perdebatan kurikulum dalam beberapa tahun terakhir.
Prototipe dalam dunia teknologi merupakan model kerja yang belum sempurna dari sebuah produk teknologi atau sistem informasi yang dikembangkan. Sehingga prototipe menjadi bagian penting dari proses pengembangan yang dapat digunakan untuk kepentingan demonstrasi.
Sebagai orang yang berpengalaman di dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan menciptakan aplikasi Gojek, Menteri Nadiem Makarim sangat paham dengan proses ini. Karena itu, untuk menjawab persoalan kurikulum di Indonesia membutuhkan sebuah prototipe atau model untuk didemonstrasikan.
Nah, Kurikulum Prototipe 2022 adalah model kerja awal dari sistem pendidikan nasional di tangan Nadiem Makarim. Karakteristik Kurikulum Prototipe 2022 sangat jelas mengarah pada perdebatan selama ini, yang mana fokus pada pengembangan soft skill dan karakter dengan pembelajaran berbasis proyek, mengutamakan materi esensial, numerisasi dan literasi, dan pembelajaran yang kontekstual.
Sederhananya adalah membuat proyek pembelajaran yang dikerjakan secara perorangan atau kelompok, materi yang dipelajari adalah materi yang kira-kira perlu sekali untuk dipelajari kemudian baca tulis hitung yang tentunya kontekstual dengan sosial, budaya, dan lingkungan sekitar.