Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah dan Budaya, Bukti Bahwa Sasando Milik Orang Rote, NTT

29 Desember 2021   08:34 Diperbarui: 21 April 2022   23:00 2780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Haik, Ti'i Langga, dan Sasando | Dokumen Se'i Sapi dan Tuna Termanu

Haik, Ti'i Langga, dan Sasando | Dokumen Se'i Sapi dan Tuna Termanu
Haik, Ti'i Langga, dan Sasando | Dokumen Se'i Sapi dan Tuna Termanu

Karya-karya itu menunjukkan bahwa betapa dekatnya lontar dengan kehidupan masyarakat Rote. Berbicara tentang lontar, maka tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat Rote, dan sebaliknya, berbicara tentang masyarakat Rote, tidak dapat dipisahkan dengan Lontar. Lontar dan orang tidak dapat dipisahkan.

Bahkan, ada jooks yang mengatakan bahwa manisnya nona Rote disebabkan oleh manisnya gula Rote, tidak percaya, silahkan berkunjung ke Rote untuk buktikan betapa manis-manisnya nona Rote.

Dalam syair lagu Flobamora, anak Timor main Sasando dan menyanyi Bolelebo, ada rasa girang untuk kembali ke kampung halaman di NTT. Bukti bahwa Sasando lahir dari identitas, Sasando melambangkan kampung halaman masyarakat Flobamora, secara khusus masyarakat Rote Ndao.

Penulis ingin menegaskan bahwa Sri Lanka tidak memiliki bukti sejarah dan budaya untuk mengklaim alat musik Sasando sebagai hak kekayaan intelektual mereka. Bahkan, atoin meto, suku terdekat dengan budaya yang mirip dengan masyarakat Rote pun tidak memiliki dasar yang kuat untuk mengklaim Sasando sebagai hak kekayaan intelektual mereka.

Jika kemudian, Sri Lanka berani maka Sri Lanka harus membeberkan bukti berupa tutur sejarah, tulisan-tulisan sejarah dan identitas budaya yang melahirkan Sasando. Jangan sampai Sri Lanka mencoba meniru Malaysia untuk mengklaim budaya Indonesia tanpa bukti.

Hal ini menjadi pelajaran bagi suku-suku di Indonesia bahwa klaim hak kekayaan intelektual milik orang lain adalah tindakan paling memalukan karena tidak ada hasil arsitektur tradisional yang tercipta tanpa filosofi. Baik tenunan, bangunan, alat musik dan sebagainya lahir karena ikatan manusia dengan alam yang berarti tidak bisa diciptakan oleh masyarakat yang lain. Itulah keunikan budaya.

Salam!

Kupang, 29 Desember 2021
Neno Anderias Salukh

Bacaan terkait: satu; dua; tiga; empat; lima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun