Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Natal: Memelihara Persaudaraan di Dunia Metaverse

24 Desember 2021   08:07 Diperbarui: 24 Desember 2021   08:15 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Pixabay

Saat ini, cybercrime terjadi setiap saat, itupun melalui media dengan teknologi yang masih sangat sederhana. Apa yang akan terjadi di metaverse?

Akhir-akhir ini, metaverse menjadi topik hangat di berbagai kalangan. Dedi Corbuzier mengundang Dr. Indrawan Nugroho, seorang YouTuber sekaligus CEO CIAS, untuk memperbincangkan hal ini dalam podcastnya.

Berbagai media online di Indonesia pun tak ketinggalan karena pembahasan tentang metaverse menjadi trending topik yang menarik. Di Kompasiana, metaverse diangkat sebagai salah satu topik pilihan untuk dibahas oleh Kompasianer.

Karena itu, pemahaman tentang definisi metaverse sejumlah masyarakat di Indonesia sudah memahaminya. Banyak artikel yang membahas metaverse dari novel Snow Crash yang ditulis oleh Neal Stephenson.

Secara sederhana metaverse diartikan sebagai dunia digital yang lebih canggih dimana orang-orang akan terhubung dengan teman-temannya di seluruh dunia untuk melakukan segala sesuatu secara bersama-sama seperti bermain, berwisata dan lain sebagainya.

Kecanggihan itu terbentuk dari kombinasi teknologi virtual reality, augmented reality, video dan lain sebagainya. Intinya kombinasi teknologi itu dapat menciptakan sebuah dunia aktivitas digital terasa seperti aktivitas di dunia nyata.

Meskipun secara konsep, metaverse masih dalam tahapan perencanaan, saya sepakat dengan Inspirasiana bahwa saat ini kita sudah hidup dalam 'miniatur' metaverse. Tidak terasa, dunia metaverse sudah perlahan diwujudkan sejak pandemi Covid-19 menyelimuti seluruh dunia.

Varian omicron yang muncul lebih kuat dari varian-varian sebelumnya akan mempercepat keberadaan dunia metaverse dalam kehidupan manusia. Kita tidak menginginkan varian-varian berikutnya muncul lagi tetapi jika kita berkaca dari awal pandemi, bukan tidak mungkin setelah omicron akan muncul varian baru yang justru dua kali lebih cepat mewujudkan dunia metaverse.

Jadi, secara realita, dunia metaverse belum ada tetapi bukan berarti masih di khayalan. Ini yang patut dipahami. Dunia metaverse hanya masalah waktu, sehingga mau tidak mau, manusia harus siap untuk menghadapi dengan memahami miniaturnya saat ini.

Akan tetapi, dibalik kecanggihan itu, yang patut kita waspadai adalah kejahatan digital (cybercrime). Di dunia maya yang teknologinya masih kalah saja, cybercrime terjadi berulang-ulang apalagi metaverse yang menghadirkan dunia nyata secara virtual, bukan tidak mungkin kejahatan itu akan tercipta lebih canggih dan merugikan sesama manusia.

Ini akan menjadi tantangan tersendiri, apakah manusia akan cenderung beraktivitas di dunia metaverse dibanding dengan aktivitas di dunia nyata? Bagaimana manusia bisa memelihara kasih persaudaraan dalam dunia metaverse yang memungkinkan untuk menciptakan kejahatan lebih canggih?

Memelihara Persaudaraan

Tema Natal tahun ini, bagi penulis, adalah sebuah refleksi untuk kita mempersiapkan diri menyongsong dunia metaverse yang sebentar lagi akan hadir.

Rasul Paulus dalam suratnya kepada bangsa Ibrani, secara khusus pada pasal 13 ayat 1 satu memerintahkan kepada seluruh jemaat Tuhan di Ibrani untuk memelihara kasih persaudaraan.

Ibrani 13:1 (TB)  Peliharalah kasih persaudaraan!

Rasul Paulus menulis seperti ini karena pada waktu itu, orang-orang Ibrani dipandang telah memiliki kasih persaudaraan seorang kepada yang lain. Meskipun pada masa itu, bangsa Ibrani mengalami perpecahan dan kekacauan berat di antara mereka, baik mengenai berbagai macam persoalan keagamaan maupun dalam hidup bermasyarakat.

Persoalan-persoalan seperti ini secara sederhana kita alami pada saat ini bahkan persoalan-persoalan yang timbul lebih canggih sesuai dengan perkembangan teknologi. Jika kita merenung, Pandemi Covid-19 membuat persaudaraan di Indonesia makin lekat tetapi justru membawa kita pada sebuah tantangan yang baru dimana persaudaraan itu harus dinyatakan dalam dunia metaverse.

Memelihara kasih persaudaraan di dunia metaverse tidaklah mudah, jangankan dunia metaverse, di dunia media sosial saja banyak orang menjelma sebagai pembunuh abu-abu, banyak orang yang meninggal dunia karena kejahatan.

Maka dari itu, kasih persaudaraan harus menjadi pegangan bagi kita untuk siap menjalani kehidupan di metaverse, jangan sampai kita menimbulkan sebuah kekacauan atau sebuah kejahatan di metaverse itu. Memang menghindari kejahatan di dunia metaverse sangatlah sulit tetapi menjadi pribadi yang memiliki kasih persaudaraan akan meminimalisir hal itu.

Yang perlu diperhatikan juga adalah dunia metaverse tidak akan menggantikan dunia nyata seratus persen. Persaudaraan di dunia nyata harus tetap dipelihara, metaverse menolong tetapi persaudaraan di dunia nyata harus tetap dijunjung tinggi.

Pada akhir tulisan ini, mari kita menyanyikan lagu Selamat Natal Saudaraku dari Nanaku.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun