Masih dari sumber yang sama, seorang perempuan dewasa mendapat perlakuan tidak senonoh dari seorang Romo berinisial M dari Gereja Katolik Aloysius Gonzaga Paroki Cijantung di Jakarta Timur. Romo M memanipulasi perempuan tersebut untuk melakukan hubungan seksual dengan janji akan menikahinya.
Maret 2020, lalu, Seorang pendeta di Surabaya berujung di jeruji besi setelah terbukti melakukan pemerkosaan terhadap jemaat sekaligus anak angkatnya selama 17 tahun.
Baru-baru ini pula, Kabid PPA, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinas P3A) Kabupaten TTS, Andy Kalumbang dalam acara Ngobrol santai tentang Kekerasan seksual mengatakan bahwa terdapat oknum tokoh agama (pendeta dan majelis) terlibat sebagai pelaku kekerasan seksual.
Jumlah kejahatan seksual yang melibatkan tokoh agama sebagai pelaku tidak cukup untuk dituliskan dalam artikel ini. Belum lagi, kasus-kasus yang diselesaikan secara budaya dan kekeluargaan, ditambah dengan kasus-kasus yang didiamkan oleh korban karena perasaan hina dan malu.
Predator Seks Berbaju Agama
Ketika melihat tokoh-tokoh agama menjadi pelaku kekerasan seksual, penulis menyimpulkan bahwa agama hanyalah baju untuk membungkus niat busuknya, agama hanyalah topeng untuk mengelabuhi penilaian orang lain, agama hanyalah tameng untuk melancarkan aksi-aksi bejatnya.
Selamanya tokoh-tokoh agama menunjukkan sikap perhatian yang sangat tinggi terhadap jemaatnya, seperti menanyakan kabar setiap waktu dan selalu ingin mendoakan. Para tokoh agama juga memiliki kharisma yang disegani dihormati dan didengar bahkan jemaat akan menuruti segala permintaannya.
Sikap dan kharisma tokoh agama itulah yang penulis sebut sebagai baju, topeng atau tameng. Dilansir dari berbagai sumber, orang yang bersikap manis dan terlihat cerdas karismatik tidak selamanya menjadi orang baik, justru itu menjadi ciri-ciri seorang predator seksual.
Masyarakat kita selalu percaya bahwa para pemuka agama adalah orang-orang suci yang sangat tidak mungkin melakukan kejahatan yang tidak manusiawi. Padahal pemuka agama juga manusia biasa yang kebetulan mendapatkan kesempatan untuk menjalankan pelayanan Tuhan.
Setuju atau tidak, pemahaman bahwa pemuka agama adalah orang suci merupakan sesat pikir yang bisa menjerumuskan seseorang dalam sebuah praktik kejahatan seperti perselingkuhan, pembunuhan, kejahatan seksual dan sebagainya.
Meskipun agama tidak mengajarkan tentang kejahatan tetapi agama bisa dimanfaatkan untuk melancarkan segala macam kejahatan. Karena agama menjadi alat paling mudah dan paling kuat yang digunakan seseorang untuk memenuhi keinginannya.