Pembalut pertama yang kami kenal adalah softex. Pembalut ini merupakan bantalan elastis yang selalu kembali ke bentuk semula, tidak berkerut, permukaan lembut di kulit yang nyaman digunakan oleh perempuan untuk beraktivitas dengan percaya diri sepanjang hari.
Karena stereotip menstruasi adalah hal yang memalukan maka pembelian softex pun merupakan hal yang memalukan pula. Saya sering bertemu dengan beberapa orang perempuan yang membeli softex di kios/warung yang pemiliknya harus perempuan, jika laki-laki mereka akan malu membeli.
Perempuan yang membeli softex akan melihat di sekitarnya, apakah ada laki-laki atau tidak. Jika ada mereka akan menunggu laki-laki itu pergi baru mereka membeli softex. Bahkan, ada istilah khusus untuk softex yang hanya dimengerti oleh para perempuan, istilah yang mereka gunakan adalah 'roti'.
Istilah roti lebih banyak digunakan untuk mengelabuhi perasaan malu jika ada laki-laki di sekitar mereka. Dalam hal belanja, perempuan tidak akan menitipkan uang kepada laki-laki untuk membelikannya softex, itu tidak mungkin.
Karya Seni di Balik Menstruasi
Menstruasi yang dianggap tabu dan menjijikkan dalam masyarakat itu perlahan hilang seiring berjalannya waktu. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang perlahan menghapus stereotip terkait dengan menstruasi.
Hal yang paling menarik adalah seorang wanita asal Chile, bernama Carina Ubeda menciptakan sebuah karya seni menggunakan darah haidnya. Ide ini berawal dari alergi menggunakan pembalut sehingga ia menggunakan sehelai kain untuk menahan darah haidnya.
Ia mengumpulkan darah menstruasinya selama lima tahun, masing-masing dalam sehelai kain. Kain-kain tersebut dikeringkan dan disemprot menggunakan disinfektan kemudian dipamerkan dengan dekorasi buah apel dan tulisan setiap kain seperti 'Production', 'Discard', dan 'Destroyed' untuk memperindah karya seni tersebut.
Selain Carina, ada fotografer bernama Jen Lewis yang menghasilkan foto-foto cantik dari darah menstruasi. Dengan bantuan suaminya, ia menampung darah menstruasinya dalam air dan memotret efek-efek yang tercipta.
Juga, Cassie Blue seorang wanita yang memutuskan untuk menggunakan darah menstruasinya sebagai cat cair untuk melukis. Lukisan-lukisan tersebut dipajang di dinding kamarnya sebagai hiasan.