. . . . . dengan asumsi Partai Ummat akan ikut serta dalam kontestasi pemilu 2024, bukan tidak mungkin partai Ummat dan PAN sama-sama gigit jari.
Pada akhirnya Amien Rais mendeklarasikan Partai Ummat setelah beberapa bulan yang lalu mengatakan mundur dari Partai Amanat Nasional (PAN), partai yang ia dirikan pasca pelengseran orde baru.
Pendirian Partai Ummat bertolak dari anggapan Amien Rais kepada PAN yang dinilai sudah meninggalkan Roh Reformasi. Sehingga parpol baru diharapkan menjadi partai yang mengoreksi secara total kinerja PAN.
Dilansir dari berbagai sumber, dalam deklarasi "Mukaddimah Partai" yang dirilis pada Kamis, 01 Oktober 2020, Amien Rais ingin partainya menegakkan keadilan dan memberantas kezaliman sesuai dengan arti nama partai yang berkaitan erat dengan azas partai Islam rahmatan lil alamin (Islam rahmat untuk seru sekalian alam).
Menurutnya, sejarah manusia menunjukkan bahwa hanya negara yang mampu melakukan kezaliman kolosal, tetapi sebaliknya pula hanya negara yang dapat menegakkan keadilan secara merata. Karena itu, kehadiran Partai Ummat harus mementingkan kepentingan rakyat daripada kepentingan konglomerat atau kepentingan korporatokrat.
Eksistensi 6 Partai Islam (Besar) di Indonesia
Kehadiran Partai Ummat menambah daftar panjang partai islam di Indonesia. Pada pemilu 1999, sebanyak 20 partai islami yang lolos seleksi, pemilu 2004 sebanyak 7 partai, pemilu 2009 sebanyak 8 partai, pemilu 2014 sebanyak 5 partai dan pemilu 2019 sebanyak 4 partai.
Akan tetapi, terdapat 6 (enam) Partai Islam yang menyandang nama besar yang patut diperhitungkan di setiap kali pemilu yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI)
PKB disebut sebagai salah satu partai Islam karena dideklarasikan oleh para kiai-kiai Nahdlatul Ulama (NU), seperti Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, A. Mustofa Bisri, dan A. Muhith Muzadi.
PPP juga disebut sebagai partai Islam karena merupakan hasil gabungan dari empat partai keagamaan yaitu Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Tarbiyah Islamiyah(Perti) dan Parmusi.
PKS juga merupakan partai Islam. Berawal dari gerakan aktivitas dakwah Islam sejak 1980-an, PKS akhirnya berdiri sebagai sebuah partai politik berbasis Islam. Mirip dengan PKS, PAN didirikan atas asas Akhlak Politik Berlandaskan Agama yang Membawa Rahmat bagi Sekalian Alam. Sedangkan PBB dan PPNUI jelas merupakan partai Islam.
Pada pemilu 1999, total suara enam partai Islam sebanyak 34.34 persen. PKB memperoleh 12,61 persen suara. PPP mendapat 10,71 persen. PKS mendapat 1,36 persen. PAN mendapat 7,12 persen. PBB mendapat 1.94 persen. Dan PPNUI 0,6 persen.
Pada pemilu 2004, total suara dari enam partai tersebut naik menjadi 35,91 persen. PKB memperoleh 10,57 persen suara. PPP mendapat 8,15 persen. PKS mendapat 7,34 persen. PAN mendapat 6,44 persen. PBB mendapat 2,62 persen. Dan PPNUI mendapat 0,79 persen.
Pada pemilu 2009, total suara dari enam partai tersebut turun menjadi 26,18 persen. PKB memperoleh 4,94 persen suara. PPP mendapat 5,32 persen. PKS mendapat 7,88 persen. PAN mendapat 6,01 persen. PBB mendapat 1,79 persen. Dan PPNUI yang nyaris tidak lolos pemilu hanya mendapat 0,24 persen atau tidak menyumbang wakil di Senayan.
Pada pemilu 2014, total suara dari partai-partai Islam tersebut sebanyak 31.41 persen. PKB memperoleh 9,69 persen suara. PPP mendapat 4,52 persen. PKS mendapat 8,21 persen. PAN mendapat 7,59 persen. PBB mendapat 1,46 persen. Sedangkan PPNUI merupakan salah satu dari 12 partai yang dinyatakan gagal mengikuti Pemilu 2014.
Pada pemilu 2019, total suara yang diperoleh sebanyak 29,2 persen. PKB memperoleh 9,04 persen suara. PPP mendapat 6,53 persen. PKS mendapat 6,79 persen. PAN mendapat 6,84 persen. Sedangkan PBB mengikuti jejak PPNUI yang dinyatakan gagal mengikuti Pemilu 2019.
Meramal Masa Depan "Partai Ummat" Amien Rais
Melihat eksistensi partai Islam di Indonesia sejak 1999, persentase perolehan suaranya cukup stabil. PKB, PAN, PKS dan PPP merupakan partai yang memiliki masa lebih stabil dibandingkan dengan PBB dan PPNUI yang gulung tikar. Akan tetapi, yang menarik adalah total perolehan suara partai-partai Islam tidak menjauh dari angka 30 persen.
Sedangkan perolehan suara PAN dari pemilu ke pemilu nyaris tidak pernah melewati 8 persen. Jika perolehan suara tersebut merupakan masa tetap atau pengikut setia PAN maka dengan asumsi Partai Ummat akan ikut serta dalam kontestasi pemilu 2024, bukan tidak mungkin partai Ummat dan PAN sama-sama gigit jari.
Ambang batas parlemen sebesar 4 persen akan mengubur mimpi kedua partai tersebut jika pengikut mereka terbagi dua.
Kemungkinan ini disadari oleh PAN bahwa basis partai Islam tidak meningkat dari tahun ke tahun, juga tidak menurun secara signifikan atau stabil. Artinya bahwa, peluang mendulang suara yang terus bertambah sangat kecil.
Pasca deklarasi, Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga Mauladi menekan Partai Ummat dengan tekanan ideologi bahwa ideologi PAN berbeda dan Partai Ummat. PAN berideologi nasionalis-religius sedangkan Partai Ummat adalah partai Islam.
"PAN berideologi nasionalis-religius, Partai Ummat itu partai Islam. Keperbedaan ideologi politik tentu akan membawa konsekuensi berbeda dalam basis sosial di masyarakat," ujar Viva.
Narasi ini akan sangat berpengaruh. Jika kemudian pengikut PAN terbelah dua maka yang berpeluang menambah suara adalah PAN karena bisa mencuri suara dari partai-partai nasionalis sementara Partai Ummat akan susah mencuri masa dari sesama partai Islam seperti PKB dan PPP yang memiliki pengikut sejak pemilu 1999.
Sedangkan kemungkinan mengambil suara dari PKS pun akan sulit setelah deklarasi Partai Gelora yang benar-benar mencomot sebagian besar kekuatan PKS.
Partai Ummat akan menjalani jalan terjal untuk menyaingi induknya PAN.
Salam!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H