Hari ini, 19 Agustus 2020, Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT berduka setelah Sang Pemilik Kehidupan memanggil pulang salah satu sesepuh, senior dan panutan bagi penulis-penulis muda yang baru bergiat dalam dunia tulis-menulis di NTT secara khusus di Kompasiana.
Para sesepuh di Kompasiana pasti tidak asing dengan namanya, Agustinus Wahyono begitulah nama lengkapnya, yang akrab disapa Gus Noy. Beliau berkiprah di Kompasiana ketika saya masih terjebak dengan dilema menjadi TKI atau harus kuliah pada tahun 2013.
Saat ia menerbitkan artikel-artikelnya dalam sebuah buku Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia pada tahun 2018, barulah saya mulai melatih menulis di Kompasiana. Itulah skenario awal yang Maha Kuasa untuk mempertemukan saya dengan Gus Noy.
Kami bertemu dan berkenalan dalam sebuah diskusi lepas yang diadakan oleh KampungNTT mengenai liputan Pawai Paskah 2019 di Amanuban Timur yang dikemas dalam dua artikel yang ditulis oleh saya dan Kaka Sayidati Hadjar.
Adalah sebuah kehormatan bertemu dengan orang-orang hebat di KampungNTT termasuk Gus Noy yang banyak membagikan pikiran dan inspirasi yang saya harus akui mempengaruhi kiprah saya dalam dunia tulis-menulis di Kompasiana.
Momen itu adalah momen pertama kali dan terakhir kali saya bertemu Gus Noy. Saya tidak mengenalnya dengan baik seperti teman-teman Kompasianer Kupang yang lain tetapi izinkan saya menceritakan kesan pertama saya dengannya.
Ia berbicara dengan tenang, pelan dan mengasikan. Dia tidak banyak berbicara tetapi selalu mengeluarkan kalimat-kalimat penting yang menarik untuk didengar. Penampilannya sederhana dengan gayanya yang santai, berdiskusi dan tertawa sambil mengepul asap rokok. Itulah Gus Noy di mata saya.
Gus Noy bukan orang NTT. Ia lahir hingga usia SMP di Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel. Ia menghabiskan masa kecilnya di sana sambil menempuh pendidikan dasar selama sembilan tahun.
Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan menengah atas di Yogyakarta hingga perguruan tinggi. Ia tamat sebagai seorang arsitek dari Universitas Katolik Atma Jaya.
Gus Noy lahir sebagai seorang arsitek dan seorang penulis yang menetap di Balikpapan, Kalimantan. Tetapi profesi, hobi dan karya mengantarnya ke Kupang dan dikenal oleh banyak orang Kupang.
Menulis puisi, cerpen, essai dan karikatur adalah sebagian aktivitas keseharian Gus Noy. Setau saya, ia sudah menulis banyak buku, kurang lebih 16 buku dengan ilustrasi dari karya pribadinya.
"Saya lebih puas jika ilustrasi artikel atau tulisan dibuat sendiri daripada mengambil karya orang lain" kata Gus Noy waktu memperlihatkan karikatur yang digunakan sebagai ilustrasi dalam salah satu bukunya.
Satu-satunya karya Gus Noy yang saya pegang adalah Buku kumpulan artikel-artikelnya yang ditulis di Kompasiana. Baginya, artikel-artikel tersebut harus dibukukan agar menjadi kenangan setelah kita mati.
Hari ini, kepergian Gus Noy adalah duka. Bukan hanya kampungntt tetapi semua pegiat literasi termasuk para aktivis di NTT dan mungkin di luar sana karena Gus Noy bukan hanya besrsuara melalui tulisan tetapi juga karikatur. Bahkan di saat sakit pun, ia masih menghasilkan karikatur yang menarik.
Selamat jalan Gus Noy, Karyamu akan selalu abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H