Oleh karena itu, tulisan ini dibuat sebagai sebuah ide untuk dicoba sebagai terobosan baru dalam pembuatan kain tenunan oleh masyarakat Timor Tengah Selatan secara umum dan masyarakat Suku Dawan secara umum bahwa pemilihan warna sangat penting dalam dunia marketing tenun ikat.
Dilihat dari teknik pembuatannya, masyarakat Suku Dawan memiliki motif tenun ikat yang sama yaitu Buna, Lotis dan Futus. Akan tetapi, corak yang dibentuk dalam tenunan memiliki beberapa perbedaan. Misalnya pemilihan warna dasar, hitam, putih atau merah dan warna-warna motif.
Bahan dasar pembuatan kain tenunan oleh masyarakat Suku Dawan dari kapas merupakan modal terbesar di pasar internasional karena memiliki kualitas yang lebih baik daripada benang pada umumnya.Â
Saat ini, sebagian masyarakat Mollo dan masyarakat Boti di Amanuban masih menggunakan kapas yang dipintal dengan teknologi tradisional menjadi benang, kemudian digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kain tenunan.
Baca: Bninis, Alat Pemisah Biji Kapas yang Kini Termakan Debu
Serat kapas merupakan produk yang sangat berharga dan disukai banyak orang karena memiliki kekuatan dan daya tahan yang relatif lebih lama. Di Daerah Kabupaten TTS yang terkenal dengan suhu dinginnya tidak menjadi keluhan masyarakat karena kain tenunan yang terbuat dari kapas memiliki sifat menghangatkan di kala dingin.
Dan sebaliknya beberapa bagian wilayah yang terkenal dengan suhu panasnya tidak menjadi keluhan bagi masyarakat juga karena kain tenunan yang terbuat dari kapas menyejukkan di kala panas.
Pembuatan kain tenunan dari kapas yang sudah dilakukan turun-temurun sangat kontekstual dengan letak geografis daerah Timor dan kehidupan masyarakatnya.
Kemudian bahan pewarna dari alam seperti daun-daunan, kulit pohon dan sebagainya menjadi daya tarik tersendiri. Selain menjadi khas tradisional, kain tenunan memiliki warna yang soft dan juga aman digunakan karena tidak menyebabkan alergi pada kulit.
Sedangkan untuk kain tenunan yang menggunakan benang sulam tentunya memiliki kualitas yang berbeda dengan kapas. Tetapi, modernisasi yang cukup berpengaruh dan juga tumbuhan kapas yang semakin langka ditemukan menyebabkan sebagian besar masyarakat Suku Dawan beralih menggunakan benang sulam.