Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Hadi Pranoto dengan Logika Rocky Gerung

5 Agustus 2020   07:38 Diperbarui: 5 Agustus 2020   07:40 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itu, kapasitas Hadi Pranoto benar-benar dipertanyakan. Publik pun mencari rekam jejak sosok Hadi Pranoto yang disebut sebagai profesor itu tetapi tidak ada publikasi akademis yang dapat dijadikan sebagai bukti untuk membenarkan statusnya. Bahkan, Kepala Biro Komunikasi IPB Yatri Indah melalui Kompas.com juga membantah Hadi Pranoto sebagai Doktor IPB.

Lalu pertanyaannya adalah apakah setiap orang memiliki porsi berbicara di publik? Dan apakah setiap orang berhak melakukan klaim medis meskipun latar belakang akademisnya masih dipertanyakan?

Menurut penulis, semua orang diperbolehkan untuk berbicara di depan publik mengenai Covid-19. Hal ini yang kemudian menjadi dasar pemerintah mencari relawan Covid-19 dari segala kalangan untuk membantu melakukan sosialisasi kepada masyarakat awam terkait dengan penyebaran dan perkembangbiakan virus tersebut.

Akan tetapi, kesempatan tersebut dibatasi dengan kapasitas yang dimiliki. Misalnya sebagai seorang relawan Covid-19 yang tidak berlatar belakang kesehatan maka porsi berbicaranya sebatas menyampaikan informasi kebenaran seperti cara mencegah yang berasal dari pihak medis.

Sedangkan untuk hal-hal yang substansif seperti penemuan vaksin, tidak dapat dipublikasikan sembarangan apalagi klaim dapat menyembuhkan orang lain. Bahkan, seorang profesor kesehatan pun, penemuannya harus melewati banyak uji coba barulah diklaim dan dipatenkan sebagai salah satu vaksin.

Di Kompasiana, hal ini benar-benar diterapkan. Salah satu syarat artikel layak Headline adalah kapasitas atau latar belakang penulis. Misalnya Kompasianer Posma Siahaan. Rata-rata artikelnya tentang kesehatan banyak terpilih sebagai headline karena ia memiliki kapasitas yang dapat dipercaya yaitu dokter. Atau Kompasianer Rebah Lomeh yang selalu headline dengan kebun cengkehnya.

Selain itu, minimal seorang kompasianer menekuni dunia kepenulisan dalam satu bidang. Misalnya Kompasianer Hadi Santoso yang selalu menjadi spesialis headline artikel olahraga atau Kompasianer Om Ge yang handal dalam menjabarkan artikel politik.

Nah, kita semua boleh berbicara di depan publik. Kita semua boleh menulis di segala bidang. Tetapi kita perlu menyadari seberapa luas arena kita agar jangan melompati margin atau batasan pemahaman kita.

Sekian dari saya, Neno Anderias Salukh, penulis amatiran di Kompasiana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun