Setelah menonton performa Fabio Quartararo di Andalusia, saya mencoba berimajinasi. Mungkin ada sejarah yang terulang. Ada awal dan ada akhir. Apa yang akan terjadi dalam satu dekade ke depan?
Race pertama dan kedua MottoGP tahun ini memberi warna baru setelah Fabio Quartararo mencatatkan namanya sebagai pemenang MottoGP berturut-turut di MottoGP Spanyol dan MottoGP Andalusia. Memang, selama beberapa tahun terakhir, Mark Marquez mendominasi kelas utama dari seri balapan Grand Prix Sepeda Motor ini tetapi kehadiran Fabio Quartararo bersama tim pabrikan Petronas Yamaha patut diperhitungkan.
Nama Fabio Quartararo mencuat di publik setelah ia berhasil memenangi Grand Prix pertamanya di kelas Moto2 di MotoGP Catalunya pada tahun 2018. Meski tidak sebagus pembalap yang lain, rupanya talenta tersembunyi penggemar Valentine Rossi ini diketahui oleh manajemen Petronas Yamaha SRT. Kemudian tim debutan di MotoGP 2019 ini merekrutnya sebagai salah satu rider mereka.
Di awal musim, pembalap kelahiran 1999 ini tampil biasa saja bahkan tidak diperhitungkan sama sekali. Namun, talenta tersembunyi itu saatnya dipertontonkan kepada dunia. Ia menjadi pembalap paling muda yang meraih pole position, memecahkan rekor Marc Marquez, di Grand Prix Catalunya. Di tempat ini juga, ia berhasil meraih podium pertamanya di kelas MotoGP.
Sepanjang musim, ia berhasil mencatat 6 pole position dan 7 kali podium. Meskipun ia tidak pernah memenangi Grand Prix di MotoGP 2019, Fabio Quartararo diperhitungkan oleh banyak pengamat sebagai salah kandidat juara dunia yang akan mengganggu dominasi Mark Marquez.
Jika kita menengok sejarah MottoGP di era 2000-an, Grand Prix Sepeda Motor ini menjadi milik Italia sejak tahun 2001. Waktu itu masih 500 cc hingga berubah format sampai dengan tahun 2009. Memang Nicky Hayden dan Casey Stoner sempat menganggu kejayaan negara beribukota Roma itu tetapi harus diakui bahwa dekade itu milik Italia.
Di balik pesta kejayaan Italia itu, ada pasukan Spanyol seperti Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo yang diperhitungkan. Dengan juaranya Jorge Lorenzo pada tahun 2010 benar-benar mengakhiri keperkasaan Italia di bawah komando Valentine Rossi kemudian memantik semangat Spanyol dalam dunia MottoGP.
Sejak saat itu, MottoGP benar-benar menjadi milik Negeri Matador. Memang tahun 2011 Casey Stoner keluar sebagai pemenang tetapi catatan Spanyol hingga tahun 2019 membuat publik seakan melupakan sejarah yang pernah dicetak oleh pembalap asal Australia itu.
Sama dengan era Italia, di balik dominasi negara beribukota Madrid ini, ada nama Johan Zarco yang berada dalam barisan Mark Marquez, Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo. Johan Zarco merupakan indikasi akhir dari kejayaan Spanyol akan terjadi sebentar lagi apalagi munculnya nama Fabio Quartararo yang menampilkan performa luar biasa di awal musim ini.
Kecelakaan Mark Marquez dan menghilangnya Jorge Lorenzo patut dipikirkan. Jika juara MottoGP musim ini menjadi milik Fabio Quartararo maka rasanya sejarah itu terulang kembali. Mungkinkah akan sama dengan kejayaan Italia yang berakhir pada tahun 2009? Dan Spanyol pada tahun 2019?