Kontribusi partai politik di kabinet selalu terkesan negatif. Selain kasus korupsi yang melilit mereka, performa kerja juga tidak memuaskan. Akan tetapi, di Indonesia, Parpol selalu ngotot untuk mendapatkan kursi di kabinet dengan alasan sudah berkontribusi dalam kemenangan presiden.
Hal tersebut terlihat jelas meskipun hanya abu-abu sehingga presiden akan sulit mengambil keputusan karena ada perasaan berhutang jasa pada partai politik yang mengusung. Sehingga mengharapkan Kabinet Zaken yang dibentuk oleh oleh presiden adalah hal yang mustahil terjadi.
Dengan demikian, kita tidak dapat berharap banyak kepada presiden untuk membentuk kabinet yang murni dari kalangan profesional. Satu-satunya harapan adalah kepada partai politik.
Partai politik harus mengambil langkah berani untuk mundur dari kabinet jika memang kontribusi mereka tidak memiliki dampak yang baik dalam eksekusi program kerja. Meletakkan ego dan kepentingan politik demi kepentingan bangsa dan negara. Apalagi negara yang sedang dalam krisis.
Kita tidak tahu berapa lamanya pandemi ini meliputi negara. Semakin lama maka ekonomi pun akan terus anjlok. Orang-orang di sekitar presiden harus mampu membaca peluang ditengah himpitan pandemi untuk tetap menjaga kestabilan keuangan dan ekonomi negara.
Tulisan ini mencoba menantang keberanian partai untuk merefleksi kinerja dan kontribusi mereka selama ini. Ego dan kepentingan politik diletakkan untuk sementara. Biarkanlah presiden menentukan langkah negara tanpa intervensi politik partai.
Salam!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H