Apakah imaginasi ini sudah dipikirkan oleh City sehingga memilih untuk kalah dari Chelsea daripada kalah dari Liverpool?
Hari ini, adalah hari yang ditunggu oleh para Liverpudlian di seluruh pelosok dunia setelah Liverpool dinobatkan sebagai juara Premier League musim 2019/2020. Trofi ini merupakan sebuah penantian panjang setelah terakhir kalinya, klub asal Merseyside itu juara pada tahun 1990 silam.
Selama perjalanan 30 tahun, Liverpool benar-benar haus gelar juara liga Inggris. Jika kita ingin disubjektifkan, Liverpool menunggu mati kehausan tetapi imaginasi itu tidak terwujud setelah gelar juara tahun ini menghilangkan dahaga tersebut.
Liverpudlian pantas bereuforia bahkan boleh diizinkan untuk bereuforia konyol. Benar demikian, meski di tengah pandemi Covid-19 yang mewajibkan physical distancing, Liverpudlian di Anfield hampir tak mempedulikan itu. Betapa tidak, dahaga itu baru hilang, ada kepuasan yang tak bisa dideskripsikan.
Meski demikian, saya membayangkan sebuah euforia lain jika gelar juara Liverpool tidak diperoleh hari ini. Entah bulan-bulan yang lalu, ataukah hari-hari yang akan datang.
Ya, jika tidak ada pandemi Covid-19 dan selebrasi kemenangan di Etihad Stadium.
Misalnya tidak ada pandemi Covid-19, dan hasil hari ini Chelsea kalah dari Manchester City maka penentuan juara akan dihelat di Etihad Stadium. Liverpool hanya membutuhkan hasil imbang untuk juara sementara City membutuhkan kemenangan, bukan sekedar mengejar kemenangan tetapi menghindari perayaan kemenangan di kandang sendiri sendiri.
Saya memang membayangkan euforia Liverpudlian jika Liverpool juara pada saat yang tepat tanpa gangguan Covid-19 dan selebrasinya di Etihad Stadium atau meskipun ada gangguan Covid-19, Liverpool menunggu perayaan di Etihad Stadium bulan depan?
Kira-kira suasananya akan seperti ini, para pemain, pelatih, seluruh manajemen tim dan semua elemen klub yang sedang bekerja keras. Sementara jarak poin dengan City sebagai peringkat dua semakin jauh. Performa Liverpool tidak melempem begitu parah meski sempat kalah dalam beberapa pertandingan dan harus kehilangan beberapa rekor.
Bukan itu yang mereka cari, penantian 30 tahun lebih penting dari sekedar mengikuti jejak Real Madrid di Liga Champion dan rekor tak terkalahkan milik The Gooners. Emosi kebahagiaan seakan meledak, ibarat menunggu 5 detik terakhir untuk melihat sebuah bom meledak, bukan duka tapi suka yang akan dihasilkan.