Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Budaya | Pekerja Sosial

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Imajinasi Juara Liverpool dan Kekalahan City

26 Juni 2020   11:30 Diperbarui: 27 Juni 2020   13:00 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emily Farley (tengah) berdiri di depan rumahnya untuk merayakan keberhasilan Liverpool (AFP/ OLI SCARFF) via kompas.com

Apakah imaginasi ini sudah dipikirkan oleh City sehingga memilih untuk kalah dari Chelsea daripada kalah dari Liverpool?

Hari ini, adalah hari yang ditunggu oleh para Liverpudlian di seluruh pelosok dunia setelah Liverpool dinobatkan sebagai juara Premier League musim 2019/2020. Trofi ini merupakan sebuah penantian panjang setelah terakhir kalinya, klub asal Merseyside itu juara pada tahun 1990 silam.

Selama perjalanan 30 tahun, Liverpool benar-benar haus gelar juara liga Inggris. Jika kita ingin disubjektifkan, Liverpool menunggu mati kehausan tetapi imaginasi itu tidak terwujud setelah gelar juara tahun ini menghilangkan dahaga tersebut.

Liverpudlian pantas bereuforia bahkan boleh diizinkan untuk bereuforia konyol. Benar demikian, meski di tengah pandemi Covid-19 yang mewajibkan physical distancing, Liverpudlian di Anfield hampir tak mempedulikan itu. Betapa tidak, dahaga itu baru hilang, ada kepuasan yang tak bisa dideskripsikan.

Meski demikian, saya membayangkan sebuah euforia lain jika gelar juara Liverpool tidak diperoleh hari ini. Entah bulan-bulan yang lalu, ataukah hari-hari yang akan datang.
Ya, jika tidak ada pandemi Covid-19 dan selebrasi kemenangan di Etihad Stadium.

Misalnya tidak ada pandemi Covid-19, dan hasil hari ini Chelsea kalah dari Manchester City maka penentuan juara akan dihelat di Etihad Stadium. Liverpool hanya membutuhkan hasil imbang untuk juara sementara City membutuhkan kemenangan, bukan sekedar mengejar kemenangan tetapi menghindari perayaan kemenangan di kandang sendiri sendiri.

Saya memang membayangkan euforia Liverpudlian jika Liverpool juara pada saat yang tepat tanpa gangguan Covid-19 dan selebrasinya di Etihad Stadium atau meskipun ada gangguan Covid-19, Liverpool menunggu perayaan di Etihad Stadium bulan depan?

Kira-kira suasananya akan seperti ini, para pemain, pelatih, seluruh manajemen tim dan semua elemen klub yang sedang bekerja keras. Sementara jarak poin dengan City sebagai peringkat dua semakin jauh. Performa Liverpool tidak melempem begitu parah meski sempat kalah dalam beberapa pertandingan dan harus kehilangan beberapa rekor.

Baca: 3 Mimpi Liverpool yang Hilang dalam Waktu Sekejap

Bukan itu yang mereka cari, penantian 30 tahun lebih penting dari sekedar mengikuti jejak Real Madrid di Liga Champion dan rekor tak terkalahkan milik The Gooners. Emosi kebahagiaan seakan meledak, ibarat menunggu 5 detik terakhir untuk melihat sebuah bom meledak, bukan duka tapi suka yang akan dihasilkan.

Menunggu untuk juara, Kota Marseyside diramalkan akan berubah menjadi darah bahkan seluruh kota di Inggris. Belum lagi, Liverpudlian yang ada di mana-mana dengan budaya euforianya sendiri. Misalnya Liverpudlian Indonesia menyiapkan motor racing untuk berpawai dengan kibaran bendera You'll Never Walk Alone, semboyan klub sepakbola yang menginspirasi semua orang meskipun tak menyukai sepakbola.

Atau, jika kemenangan itu terjadi di Etihad, mungkin para Liverpudlian menyiapkan selebrasi di pojok stadion dengan yel-yel Liverpool dengan nada sindiran. You'll Never Walk Alone but Walk with City. Ada-ada saja tapi bisa saja terjadi.

Mungkin juga, meme komik muncul memenuhi Instagram, Jorgen Kloop tak lagi berekspresi seperti ketika timnya harus kalah bersaing dengan pasukan Pep Guardiola dalam perebutan gelar yang sama pada musim lalu tapi melompat-lompat seperti selebrasi penaklukan Barcelona di Anfield musim lalu.

Atau mungkin, meme Pep Guardiola menyerahkan Mahkota Raja ke King Klop, sementara Sergio Aguero dkk menjadi menjadi pengawal King Klop menuju kursi istana. Eh, entah seperti apa meme-meme itu tapi yang pastinya euforia Liverpudlian akan sangat berbeda jika Liverpool juara di Etihad Stadium.
***

Apakah imaginasi ini sudah dipikirkan oleh City sehingga memilih untuk kalah dari Chelsea daripada kalah dari Liverpool dan membiarkan pasukan Klop menari di rumah mereka?

Mari berimajinasi!!

Salam!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun