Cyberbullying terjadi kapan saja, di mana saja dan kepada siapa saja.
Bullying tak mengenal status dan latar belakang. Meskipun dua kasus terbaru yang menggemparkan dunia entertainment dan olahraga merupakan dua tokoh publik yang tak luput dari komentar netizen, cyberbullying bisa terjadi pada siapa saja.
Pada tahun 2006, Megan Taylor Meier, seorang gadis berusia remaja ditemukan bunuh diri dengan cara gantung diri di dalam kamarnya. [Sumber]
Kematian Megan bukan tanpa sebab, 20 menit sebelum ia melakukan upaya bunuh diri. Ia memperoleh sebuah pesan dari mantan kekasih mayanya bernama Josh Evan di media sosial Myspace. Pesan itu berbunyi "Semua orang membencimu. Hiduplah dalam kesengsaraan. Dunia ini akan jadi lebih baik tanpa dirimu".
Setelah ditelusuri, awalnya ia berkenalan dengan salah satu akun Myspace bernama Josh Evan. Megan yang baru beranjak masuk ke dunia romantika pertama kali dalam hidupnya, menjalin sebuah hubungan pacaran dengan Josh Evan walaupun hanya melalui perantara media sosial.
Namun, Josh Evan yang sangat dicintai oleh Megan membuatnya terluka dan mengakhiri hubungan mereka sebelum pesan bullying tersebut. Tetapi, rupanya akun Josh Evan tersebut adalah akun palsu yang dikelola oleh Sarah Drew, ibu dari salah satu teman Megan. Akun tersebut dibuat hanya untuk melayangkan bullying kepada Megan.
Megan bukan seorang tokoh publik layak Sulli dan Hana tetapi ia mengalami bullying yang akhirnya membunuhnya.
Media sosial dapat merubah wajah seekor domba menjadi seekor singa. Jika bullying tidak diintervensi sedini mungkin maka bukan tidak mungkin bullying akan menjelma sebagai pembunuh nomor satu di dunia.
Salam!!!
Neno Anderias Salukh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H