Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hanif Rais Mundur, Bagaimana Nasib PAN?

5 Mei 2020   19:25 Diperbarui: 5 Mei 2020   21:38 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais (KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO)

Di tengah rencana dan usaha Partai Amanat Nasional (PAN) untuk mengganggu dominasi beberapa partai besar seperti Partai Golkar, PDIP dan Gerindra pada pemilihan umum 2024, kabar buruk datang dari salah satu pengurus partai, Hanif Rais yang menyatakan mundur dari kepengurusan partai bahkan dari fraksi dan anggota DPR RI periode 2019-2024.

Berdasarkan edaran surat yang ditulis, kemunduran putra Amin Rais ini adalah konsekuensi logis dari kisruh saling lempar kursi yang terjadi pada Kongres V PAN di Kendari, Sulawesi Tenggara Februari lalu.

Hanif Rais menyebut partai yang didirikan ayahnya gagal menegakan kembali prinsip keadilan dan gagal menjaga keutuhan dan kebersamaan antar kader. Bahkan, PAN yang diharapkan menjadi partai yang antitesis terhadap pemerintah cenderung bersikap konformitas terhadap kebijakan pemerintah.

Oleh karena itu, mundurnya Hanif Rais bisa diduga sebagai sebuah perencanaan atau otak dari ayahnya. Jika kita menelaah isi suratnya, sejatinya Hanif Rais menegaskan kembali apa yang disampaikan ayahnya beberapa waktu lalu.

Pasca kongres, Amin Rais meminta kepada pemerintah untuk tidak mengesahkan hasil Kongres V PAN yang dinilai menyuguhkan tontonan demokrasi jadi-jadian yang terburuk selama Republik Indonesia berdiri.

Amin Rais menyiapkan beberapa alat bukti seperti foto yang diperoleh dari Kapolda Sultra Brigjen Merdisyam serta Hotel Claro untuk disodorkan kepada pemerintah dengan harapan dapat mengabulkan permintaannya.

Akan tetapi, permintaan Amin Rais dianggap sebagai angin lalu. Kemenkumham atas nama pemerintah telah menerbitkan surat keputusan yang mengakui dan menetapkan DPP PAN dengan Ketua Umumnya adalah Zulkifli Hasan, rivalnya Amin Rais.

Oleh karena itu, meskipun pelantikan belum dilaksanakan, secara de facto dan de jure kepemimpinan DPP PAN periode 2020-2025 hasil Kongres V PAN, 10-12 Februari 2020, di Kendari telah sah, legal, konstitusional dan tidak dapat diganggu gugat.

Ternyata pengesahan dari pemerintah terus menambah luka dan melebarkan jarak perpecahan antara kubu Amin Rais dan Zulkifli Hasan karena Amin Rais yang merupakan pendiri partai dan tokoh yang disegani di Indonesia tidak termasuk dalam jajaran Dewan Kehormatan.

Lalu bagaimana nasib PAN setelah mundurnya Hanif Rais?

Mundurnya Hanif Rais dipastikan akan disusul oleh kader-kader yang merupakan loyalitas Amin Rais. Misalnya Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Sulawesi Barat Muhammad Asri Anas yang mengaku akan mundur dari kepengurusan partai mengikuti jejak Hanif.

Juga, dipastikan bukan hanya Asri Anas, banyak kader loyalitas Amin Rais yang akan mundur dari kepengurusan dan anggota partai. Pasca terpilihnya Zulkifli Hasan, para loyalis Amin Rais mengusulkan cerai dari PAN dan membentuk 'PAN Reformasi' seperti Partai Gelora yang pecah dari PKS atau PDI-Perjuangan dari PDI.

Asri Anas yang mengatakan akan ikut mundur dari kepengurusan partai, mengklaim
bahwa para loyalis Amin Rais telah melakukan rapat kesepakatan untuk membentuk partai baru.

Ia juga mengklaim bahwa sejumlah Ketua DPW tingkat provinsi dan 20 Ketua DPD tingkat Kabupaten/Kota yang hadir dalam pertemuan pembahasan pembentukan partai sepakat untuk membentuk PAN Reformasi.

Jika PAN Reformasi berhasil dibentuk maka bukan hanya kader partai yang mundur dari kepengurusan partai tetapi simpatisan dan pemilih PAN akan mengikuti Amin Rais. Ya, meskipun kadangkala Amin Rais muncul sebagai tokoh kontroversi, ia tetap merupakan tokoh reformasi yang dikagumi.

Oleh karena itu, PAN yang dipimpin Zulkifli Hasan akan berjuang layaknya mendirikan sebuah partai yang baru. Selain harus memeras otaknya untuk menyusun kembali badan pengurus partai dari tingkat daerah hingga pusat termasuk pengganti posisi Hanif Rais di kepengurusan partai dan fraksi, Zulkifli Hasan dkk harus berjuang mempertahankan pendukung yang lain dan juga berjuang meraup dukungan pada pemilu berikutnya.

Jika tidak, PAN bisa mengikuti jejak PDI-nya Budi Hardjono yang kalah telak dari PDI-Perjuangan-nya Megawati pada pemilu 1999 yang notabenenya merupakan partai warisan dari ayahnya.

Akankah kisah itu akan terulang? Mari kita menyimak.

Salam!!!

Referensi: satu; dua; tiga; empat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun