Setelah Kim Jong Un berdiri di pabrik pupuk, keesokan harinya ada peluru dari Korea Utara menuju Korea Selatan. Apa maksudnya?
Rumor kematian Kim Jong Un yang berhembus kencang sejak 15 April mereda  setelah Kantor Berita Korea Utara (KCNA) merilis foto Kim Jong Un tengah memotong pita peresmian salah satu pabrik pupuk di Korea Utara.
Akan tetapi, kompasianer Arnold Adoe membangun sebuah asumsi baru dengan argumen yang tidak kalah masuk akal bahwa foto Kim Jong Un yang dirilis oleh KCNA adalah sebuah politisasi yang mungkin sedang direncanakan oleh pemerintah Korea Utara (Korut) untuk menutupi kabar kematian Kim Jong Un (baca disini).
Betapa tidak, negara yang sangat tertutup ini bisa melakukan segala sesuatu untuk mengelabuhi negara-negara rivalnya. Tetapi, penulis masih yakin bahwa Kim Jong Un masih hidup selain keakuratan berita dari KCNA, Kim Jong Un pernah menghilang dalam waktu yang lebih lama dari kejadian ini (baca disini).
Lagipula, sistem intelegen dari negara manapun bahkan Korea Selatan (Korsel) sekalipun tak mampu menembusi kabut asap Korea Utara (Korut) untuk meyakinkan kita bahwa Kim Jong Un benar-benar telah tiada (kompas.id).
Ketiga bukti ini diperkuat dengan insiden baku tembak antara tentara Korsel dan tentara Korut di perbatasan atau Zona Demiliterisasi (DMZ) yang baru saja terjadi.Â
Dilansir dari tempo.co, menurut laporan Yonhap, 3 Mei 2020, tentara Korsel yang sedang bertugas di salah satu unit di kota perbatasan Cheorwon mendengar tembakan sekitar pukul 7:41 pagi. Kemudian sesuai dengan prosedur respons militer di Korsel, tentara Korsel menembakkan total 20 tembakan sebagai tanggapan dan mengeluarkan siaran peringatan.
Rupanya bukan hanya bunyi tembakan yang dijadikan sebagai bukti tetapi para tentara Korsel menemukan empat bekas peluru di tembok pos jaga mereka tetapi tidak ada korban jiwa.
Meski pejabat Korsel dan Menteri Luar Negeri AS mengatakan bahwa tembakan dari Korut tampaknya tidak disengaja, kesimpulan ini belum dapat dipercaya karena tidak ada konfirmasi dari pihak Korut mengenai tembakan tersebut.
Jika tembakan Korut merupakan peluru nyasar akibat aktivitas militer maka sepertinya bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan. Zona Demilitarisasi tidak memperkenankan adanya aktivitas militer.