Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Angkutan Umum Merengek di Hari Jadinya

23 April 2020   23:57 Diperbarui: 24 April 2020   05:24 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus transjakarta melintas di Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (6/2/2020). (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Di tengah bumi merayakan hari raya terbaiknya pada tahun ini, angkutan umum merengek di hari jadinya.

Pada hari ini, 24 April 2020, ditetapkan oleh pemerintah sebagai Hari Angkutan Nasional. Penulis mencoba menelusuri jejak sejarah perayaan Hari Angkutan Nasional di Google, tapi hampir tidak menemukan sumber yang menggambarkan dengan jelas sejarah pembentukannya.

Akibatnya, banyak masyarakat Indonesia tidak mengetahui tentang keberadaan Hari Angkutan Nasional sebagai salah satu hari penting di Indonesia. Dan juga, ketidakjelasan informasi sejarah membuat perayaan Hari Angkutan Nasional terasa hambar.

Apa yang dikenang? Apa yang dirayakan? Dan untuk apa dirayakan?

Namun, biasanya perayaan Hari Angkutan Nasional identik dengan kampanye kepada masyarakat Indonesia khususnya yang menetap di perkotaan untuk menggunakan angkutan umum sebagai transportasi utama. 

Bahwa menggunakan angkutan umum menghemat biaya, energi, memberikan kenyamanan, bisa bersosialisasi dengan orang lain dan yang paling penting adalah mengurangi penggunaan kendaraan bermotor sehingga lingkungan tetap bersih dan sehat.

Kampanye tersebut juga mengandung harapan kepada penyedia layanan angkutan umum untuk menyediakan angkutan yang layak, bersih dan aman agar memikat hati masyarakat Indonesia untuk tetap mencintai dan cenderung menggunakan angkutan umum.

Tentunya penyediaan angkutan umum yang layak bagi penumpang akan membuat kampanye penggunaan angkutan umum tidak mubasir atau sia-sia sehingga upaya pencegahan kerusakan lingkungan lebih efektif.

Namun, pada tahun ini, perayaan Hari Angkutan Nasional berbeda atau bertolak belakang dengan kebiasaan yang sudah dilakukan setiap tahunnya. Pandemi Covid-19 benar-benar mengubah keadaan menjadi 180 derajat.

Kampanye untuk menggunakan angkutan umum tidak lagi digaungkan kepada khalayak luas mengingat angkutan umum yang menampung banyak orang berpotensi mempercepat penyebaran Covid-19 dan bisa menjadi media penyebaran virus dari daerah terinfeksi ke daerah yang berpeluang besar bebas dari paparan Covid-19.

Orang-orang juga takut menggunakan angkutan umum dengan alasan kerumunan banyak orang. Sejauh pengamatan di daerah penulis, beberapa angkutan umum masih beroperasi tetapi jumlah penumpang mengalami penurunan yang signifikan sehingga beberapa angkutan memilih untuk berhenti beroperasi untuk sementara waktu.

Sedangkan untuk daerah-daerah yang sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) benar-benar membatasi angkutan umum. Bahkan sesuai dengan surat edaran Menteri Perhubungan, transportasi udara dan laut ditiadakan untuk sementara mulai Hari Angkutan Nasional, 24 April 2020 hingga 1 Juni 2020.

Transportasi yang diizinkan adalah transportasi yang benar-benar dibutuhkan oleh negara misalnya pengiriman logistik dan tugas yang dilakukan oleh para pejabat negara.

Polemik perizinan mudik yang sempat mengundang kontroversi akhirnya dilarang oleh pemerintah dan angkutan darat dari zona merah ke daerah bersih pun dibatasi. Jika ada yang beroperasi maka harus melewati beberapa cek poin sehingga dipastikan tidak menjadi media penyebaran virus corona dari zona merah ke lokasi yang belum tersentuh.

Di Indonesia, mayoritas angkutan umum dikuasai oleh pihak swasta sehingga kebijakan ini benar-benar membuat pihak swasta menguras pikirannya dalam memikirkan masa depan perusahaan.

Para pengemudi mulai dari pilot, kapten hingga sopir dan para pembantunya; mulai dari pramugari, nahkoda hingga konjak pun menerima kenyataan pahit. Angkutan umum benar-benar merana di hari jadinya.

Peristiwa ini bertolak belakang dengan kebiasaan perayaan hari jadi yang penuh dengan euforia kebahagiaan. Bumi baru saja merayakan hari terbaiknya sedangkan angkutan umum merengek di tengah kebahagiaan sang Bumi.

Meski demikian, kebijakan yang membuat angkutan umum merana adalah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia. Tidak ada kebijakan yang tak merugikan negara tetapi lebih baik mundur daripada paksa melangkah.

Pandemi Covid-19 merubah banyak sektor; jarum jam berputar dari angka 12 ke angka 6 dan sumbu roda berputar sejauh 180 derajat. Apa yang akan terjadi kedepan?

Selamat Hari Angkutan Nasional

Timor Tengah Selatan, 24 April 2020

Neno Anderias Salukh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun