Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Eksploitasi Status Perempuan Timor

21 April 2020   08:11 Diperbarui: 22 April 2020   03:46 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu perempuan Timor sedang menenun | Dokumen Neno Anderias Salukh

Tiga bulan lalu, penulis merilis sebuah artikel yang mengulas tentang status perempuan Suku Dawan (Timor). Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Suku Dawan, perempuan memiliki peran sentral untuk membungkam beberapa argumen yang mungkin mengkambinghitamkan budayanya sebagai satu-satunya penyebab kekerasan terhadap perempuan Timor.

Artinya, terdapat beberapa faktor seperti faktor individu, faktor pasangan, dan faktor ekonomi yang perlu disoroti juga sebagai biang kerok para perempuan ditindas dan diperlakukan secara tidak adil.

Juga, sebagai pegiat budaya Suku Dawan (Timor) mengusulkan agar perlu riset yang lebih lanjut sehingga budaya diposisikan pada tempatnya dan disempurnakan tanpa menghilangkan nilai-nilai fundamentalnya agar tidak berkontradiksi dengan kemanusiaan dan keadilan sosial (Neno Salukh, 2020).

Namun, apakah budaya tidak berkontribusi terhadap berbagai macam kasus kekerasan terhadap perempuan Timor? Jika kita menelusuri beberapa kasus, sejatinya budaya turut mengambil peran terhadap kekerasan yang dialami oleh beberapa perempuan Timor.

Oleh karena itu kita tidak dapat pungkiri atau mengesampingkan budaya sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan Timor. Tetapi, apakah budaya harus disalahkan?

Tulisan ini akan menjawab beberapa pertanyaan, seperti pertanyaan mengapa perempuan di Timor lebih banyak pekerjaan dibandingkan dengan laki-laki?

Misalnya pertanyaan yang pernah dilayangkan oleh salah satu teman saya bahwa berdasarkan pengamatannya di beberapa pedalaman Kabupaten Timor Tengah Selatan, perempuan yang lebih banyak mengambil air minum.

Sebagai laki-laki yang besar dalam didikan budaya Suku Dawan, penulis akan menulis sesuai dengan pengalaman hidup dan juga tuturan dari orang tua bukan berdasarkan opini atau riset orang lain.

Eksploitasi Status Perempuan Timor

Status perempuan Suku Dawan sebagai ibu bagi kehidupan menjadi salah satu nilai budaya yang sangat menarik untuk dipahami karena pada dasarnya sistem sosial budaya sudah menempatkan perempuan pada posisi sentral bahwa tanpa perempuan, laki-laki Timor tak berarti apa-apa.

Bi Fe Meto le na Bi Fe Abe'it ma Matane. Perempuan Timor itu kuat dan tangguh; menjaga seorang manusia untuk hidup dalam rahimnya, memberikan darahnya untuk seorang manusia tumbuh dan besar, mengatur kelangsungan hidup manusia dan sebagainya.

Karena itu, berdasarkan kesepakatan sosial, perempuan Suku Dawan ditempatkan sebagai pengurus lumbung makanan dan segala sesuatu tentang makan minum.

Akan tetapi, setelah mengamati beberapa potret kehidupan rumah tangga di beberapa pelosok, rupanya status perempuan ini dieksploitasi oleh laki-laki demi keuntungan dan kepentingan pribadi. Status perempuan yang menguasai rumah tangga dimanfaatkan oleh laki-laki untuk membebaskan dirinya dari segala bentuk pekerjaan.

Penulis sedikit geram dan menguyah gigi mendengar para lelaki bercerita dengan bangga tentang kehebatan istrinya mengerjakan segala macam pekerjaan di rumah dan ia menikmati semuanya.

Juga, hati penulis sedikit teriris dan air mata penulis berlinang menyaksikan praktek-praktek tersebut atau mendengar para perempuan mengeluh dan mengadu pada orang lain tentang pekerjaan yang sangat banyak.

Sejauh mana para suami tahu isi hati sang istri? Apakah dia mengerjakannya dengan tulus dan ikhlas? Apakah dia mengerjakannya dengan cinta? Ataukah ia mengerjakan semuanya karena tekanan yang ia alami? Apalagi ia merasa diri sebagai kaum lemah yang tidak melawan superioritas laki-laki.

Mungkin pembaca merasa diri penulis lebai menceritakan hal ini karena merasa diri lebih tahu dari suami para perempuan tersebut. Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan.

Di manakah hati dan belas kasihan anda ketika melihat seorang perempuan mengurus anak, makan minum dalam rumah sedangkan suami menunggu secangkir kopi yang dibuatkan oleh istri untuk menikmati hobinya?

Di manakah hati dan belas kasihan anda melihat seorang perempuan baru selesai bersalin dan hanya membutuhkan empat hari pemulihan untuk mengambil air di gunung demi makan minum sementara suami memanfaatkan status sosialnya sebagai pengurus adat istiadat untuk mengindar dari segala jenis pekerjaan?

Di manakah hati dan belas kasihan anda melihat seorang perempuan ikut bekerja di kebun sambil mengerjakan pekerjaan rumah yang lain seperti memasak dan sebagainya sementara suami hanya membersihkan kebun?

Ah, masih banyak pertanyaan yang saya ingin ajukan tetapi rasanya artikel ini tidak akan habis jika saya terus-menerus bertanya.

Beberapa pertanyaan yang saya ajukan adalah berbagai cerita keluhan dari beberapa perempuan Timor yang melihat tetangga dan keluarga mereka menjalani kehidupan seperti itu dan juga dari para perempuan yang menjadi korban.

Para perempuan tidak bisa melawan, mereka tidak bisa memberontak karena takut terhadap superioritas laki-laki yang mengancam kehidupan mereka; kekerasan bisa saja terjadi kapan saja jika mereka hendak menyetarakan posisi mereka sama dengan laki-laki.

Tepat pada hari ini, Hari Kartini, penulis ingin menyampaikan kepada seluruh perempuan Timor untuk benar-benar menjadi wanita yang bebas seperti Kartini, para perempuan Timor harus melawan superioritas laki-laki karena perempuan itu Timor kuat dan tangguh.

Dan juga untuk para laki-laki Timor, jangan memanfaatkan status perempuan Timor lalu menjadikan perempuan seperti pembantu karena itu bukan kodrat perempuan.

Salam!
Selamat Hari Kartini

Neno Anderias Salukh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun