Menakar Potensi Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai Vaksin Corona

Pandemi Covid-19 yang sudah menjajal dunia, beberapa negara dan instansi bergerak mencari dan menemukan vaksin. Tak terkecuali, minyak kelapa murni atau yang dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO) sedang dalam tahapan penelitian di Filipina untuk dijadikan sebagai vaksin virus corona.

Penelitiannya dilakukan dengan cara memberikan asupan makanan yang mengandung minyak kelapa murni kepada para pasien Covid-19 yang mengalami gejala ringan dan sedang hingga gejala yang berat.

Lalu, seberapa besar potensi minyak kelapa murni membantu menyembuhkan pasien Covid-19?

Minyak kelapa murni merupakan produk
olahan kelapa yang melalui proses pengolahan secara singkat dan sederhana sehingga dapat mempertahankan komponen atau senyawa alami dari kelapa.

Minyak ini dikenal oleh khalayak luas karena kandungan asam lemak jenuhnya dengan kandungan asam kaproat berkisar dari 0,0 - 0,8 persen, asam kaprilat 5,5 - 9,5 persen, asam kaprat 4,5 - 9,5 persen, asam laurat 44,0 - 52,0 persen, asam miristat 13,0-19,0 persen, asam palmitat 7,5 - 10,5 persen, asam stearat 1,0 - 3,0 persen dan asam archhidat 0,0 - 0,4 persen.

Screenshot dari jurnal PEMANFAATAN KELAPA MENJADI VCO (VIRGIN COCONUT OIL) SEBAGAI ANTIBIOTIK KESEHATAN DALAM UPAYA MENDUKUNG VISI INDONESIA SEHAT

Bukan hanya itu, minyak tersebut juga memiliki asam lemak tak jenuh yaitu dengan kandungan asam palmitoleat  0,0 - 1,3 persen, asam oleat sebesar 5,0 - 8,0 persen dan asam linoleat sebesar 1,5 - 2,5 persen.

Kisaran persentase kandungan beberapa senyawa ini  didasarkan pada sejumlah penelitian yang memperoleh hasil bahwa kadar senyawa-senyawa tersebut tergantung jenis buah kelapa dan teknik penyulingan minyak.

Bahkan, beberapa hasil penelitian menunjukkan angka kadar asam yang melampaui kisaran tersebut sehingga menurut penulis, kisaran tersebut merupakan kisaran rata-rata..

Screenshot dari jurnal Diversifikasi Produk Virgin Coconut Oil (VCO)

Misalnya teknik tanpa pemanasan di Pangandaran berbeda dengan teknik tanpa pemanasan di Lampung yang menghasilkan kadar asam lemak yang berbeda dan sebagainya yang memiliki asam laurat yang cukup tinggi.

Kadar asam laurat yang cukup besar (setengah dari keseluruhan kadar) pada minyak kelapa mengandung Monolaurin yang disebut memiliki kemampuan membunuh jamur, bakteri bahkan virus sekalipun.

Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2013 dalam terbitan Journal of Medicinal Food mengkonfirmasi bahwa monolaurin memiliki kekuatan antibakteri dimana monolaurin dapat menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus pada tikus.

Studi lainnya dalam Journal of Dermatology Obat membandingkan monolaurin dengan enam jenis antibiotik umum dalam pengobatan infeksi. Studi ini menemukan efek antibiotik monolaurin lebih signifikan secara statistik tanpa resistensi antibiotik umum seperti penisilin , oksasilin, dan vankomisin.

Dalam jurnal In vitro evaluation of antifungal activity of monolaurin against Candida albicans biofilms, Monolaurin juga memiliki kemampuan untuk membunuh Candida albicans (C. albicans) yang dapat mempengaruhi kulit, alat kelamin, tenggorokan, dan mulut manusia.

Salah satu pengetahuan menarik tentang efek monolaurin dari minyak kelapa pada HIV telah dikenal khalayak luas termasuk komunitas-komunitas AIDS sejak peneliti Islandia Halldor Thormar mulai menerbitkan buku yang berjudul Inactivation of enveloped viruses and killing of cells by fatty acids and monoglycerides. Antimicrob Agents Chemother pada tahun 1987.

Sejak itu, orang-orang yang terinfeksi HIV melaporkan keberhasilan melemahkan cara kerja virus dan meningkatkan kesehatan mereka secara keseluruhan dengan menambahkan minyak kelapa ke dalam makanan mereka.

Rupanya, virus, bakteri dan jamur yang terbungkus oleh membran lipid (lipid bilayer/envlope) sangat rentan terhadap cara kerja monolaurin. Ketika monolaurin bersentuhan dengan virus-virus ini, monolaurin diserap oleh membran lipid dan membuat virus tidak stabil sehingga membran virus mudah hancur.

Virus influenza, campak, herpes dan hepatitis
merupakan kategori virus yang dilindungi oleh membran lipid. Sedangkan Chlamydia trachomatis Neisseriagonorrhoeae, Staphylococcus aureus Helicobacter pylori, Candida albicans Giardia adalah kelompok bakteri dan jamur yang memiliki membran lipid.

Nah, Coronavirus sendiri merupakan salah satu virus RNA yang terdiri dari selubung lipid bilayer (envelope) seperti HIV dan beberapa virus yang tersebut di atas. Lagipula, corona virus yang tidak tahan terhadap deterjen merupakan salah satu kelemahan dari virus yang terselubung envelope.

Oleh karena itu, uji coba yang dilakukan oleh Filipina dengan memberikan minyak VCO melalui makanan adalah salah satu studi yang memberikan harapan baru. Namun, belum ada studi yang meyakinkan tentang seberapa besar dan banyaknya tubuh mengubah asam laurat menjadi monolaurin.

Akibatnya, belum ada kepastian data untuk mengatakan berapa banyak kelapa yang harus dikonsumsi untuk menerima cukup monolaurin dalam mengobati atau mencegah penyakit tertentu sehingga studi yang dilakukan oleh Filipina akan membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama.

Referensi:

Jurnal  Diversifikasi Produk Virgin Coconut Oil (VCO)

PEMANFAATAN KELAPA MENJADI VCO (VIRGIN COCONUT OIL) SEBAGAI ANTIBIOTIK KESEHATAN DALAM UPAYA MENDUKUNG VISI INDONESIA SEHAT

Viral Envelope

AIDS -- Coconut Oil & Monolaurin to the Rescue

Monolaurin: What you need to know-Medical News Today

Berbagai vitamin dalam minyak kelapa