Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Dunia Harus Naketi karena Virus Corona?

1 April 2020   20:13 Diperbarui: 2 April 2020   18:44 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh S. Hermann & F. Richter dari Pixabay

Munculnya berbagai macam teori konspirasi terkait virus corona merupakan sebuah bukti bahwa manusia perlu berefleksi dan bila mungkin melakukan Tradisi Neketi Suku Dawan (Timor)?

Ketika negara-negara di dunia berbondong-bondong melakukan lockdown atau setidaknya menerapkan physical distancing secara besar-besaran, rasanya dunia berhenti berotasi dan berevolusi. 

Seketika, para ilmuwan diam membisu, mengerutkan dahi dan menutup mata memikirkan virus corona yang menyebar begitu cepat, menguasai dunia dan merenggut nyawa banyak orang, tanda tanya semakin banyak meneror pikiran saya.

Akan sampai kapan pandemi ini berakhir? Itulah pertanyaan yang selalu timbul dalam benak saya dan mungkin juga orang lain tapi tidak ada tanda-tanda yang bisa dijadikan sebagai bukti untuk memprediksi ending pandemi ini atau setidaknya melihat dunia kembali berjalan normal seperti biasanya.

Karena itu, pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, siapa dan dimana pun terus menganggu tidur malam saya dan tentunya sangat menggangu rasa kemanusiaan saya. Betapa tidak, melihat banyak orang berjuang melawan musuh tak kasat mata dengan tangan kosong, beberapa merelakan nyawa mereka untuk menyelamatkan nyawa orang lain.

Ini perang dunia ketiga melawan sesama makhluk hidup yang sangat kuat tapi kita tidak memiliki senjata yang cukup atau setidaknya ampuh untuk mempertahankan eksistensi kita sebagai manusia sebagai makhluk yang paling mulia menurut orang-orang beriman.

Kontradiktif. Makhluk yang paling mulia dan paling kuat atau setidaknya diciptakan untuk menguasai makhluk lain seolah-olah tak berdaya dan tak berkuasa melawan mikroorganisme yang berukuran sangat kecil dibandingkan dengan manusia.

Mengapa virus ini sangat kuat? Darimana asal virus ini? Siapa yang harus bertanggung jawab? Teka-teki yang belum terpecahkan. Karena itu, kita tidak perlu merasa aneh atau heran dengan berbagai teori konspirasi yang muncul bahwa Covid-19 adalah senjata biologis atau sebagai kebenaran sebuah lamaran yang sudah dilakukan beberapa tahun yang lalu.

Para pegiat lingkungan berpendapat lain bahwa kemunculan virus ini adalah ulah manusia yang tidak menjaga dan memelihara alam. Manusia harus menghadapi konsekuensi logis akibat memanfaatkan statusnya sebagai makhluk penguasa dengan mengeksploitasi alam secara berlebihan.

Disisi lain, orang-orang religius atau kaum teisme masih memegang teguh prinsip Tuhan adalah penguasa yang menciptakan bumi dan akan membinasakannya kapan saja, sehingga sejauh ini virus corona dipercaya sebagai senjata Tuhan.

Karena belum ada satu teori yang bisa dipercaya maka manusia pun tidak melakukan apa-apa sehingga penulis menawarkan Tradisi Naketi Suku Dawan (Timor). Naketi merupakan tradisi pengakuan dosa masa lalu yang dilakukan oleh manusia sehingga menyakiti hati Pencipta, sesama dan alam.

Suku Dawan percaya bahwa ada konsekuensi dari setiap tindakan, baik itu tindakan yang baik maupun tindakan yang buruk terhadap pencipta, sesama manusia maupun alam. 

Tindakan yang baik akan mendatangkan kebaikan tetapi tindakan yang buruk mendatangkan malapetaka seperti tantangan, sakit-penyakit dan masalah atau kegagalan dalam hidup.

Baca: Pro-Kontra "Keti", Tradisi Pengakuan Dosa Suku Dawan (Timor)

Jika manusia tahu bahwa virus corona adalah senjata Tuhan, maka manusia bisa berdamai dengan Tuhan atau setidaknya mengakui kekuatan dan keperkasaan-Nya dengan mengakui segala kesalahan manusia yang berlaku seolah-olah pencipta bumi dan segala isinya.

Mungkin selama ini manusia selama ini merasa diri hebat dan mengabaikan Tuhan karena bisa menciptakan segala sesuatu bahkan kadang-kadang merasa hampir sama dengan Tuhan karena bisa menciptakan manusia buatan (robot) untuk melakukan banyak pekerjaan penting.

Jika manusia menyadari perilakunya yang tidak bersahabat dengan alam maka manusia harus berdamai dengan alam atau setidaknya mengakui keberadaan alam sebagai penopang hidup manusia bahwa tanpa alam dan segala isinya, eksistensi manusia sebagai makhluk penguasa hanyalah sebuah khayalan.

Sejauh mana manusia berterimakasih kepada alam sebagai ibu bagi kehidupan atau manusia hanya menjadikannya sebagai sapi perah tanpa memperhatikan keindahannya?

Jika virus corona adalah senjata biologis maka dapat disimpulkan bahwa manusia belum hidup berdamai dan berencana membunuh satu sama yang lain. Akhir-akhir ini, dunia dipenuhi dengan ambisi yang membabi-buta dan mengganggu keamanan dunia bahkan merugikan beberapa negara yang tak berdaya.

Salah satu visi PBB yang menciptakan perdamaian dunia seperti slogan yang tak berguna, Israel dan Palestina masih bersitegang hingga saat ini, Iran dan Amerika, termasuk China dan Amerika yang sempat perang dagang, dimanakah slogan itu?

Saatnya dunia Naketi, berdamai dengan Tuhan, berdamai dengan alam dan berdamai dengan sesama manusia bahwa tanpa Tuhan bumi dan segala isinya tidak ada, tanpa alam manusia tidak dapat memukul dada sebagai makhluk penguasa dan tanpa sesama manusia hidup itu tidak punya arti.

Naketi bukan sekedar mengakui dosa atau sekedar upaya perdamaian semata tetapi Naketi juga mengajarkan tentang bagaimana meletakkan ego untuk membangun kembali sebuah relasi yang harmonis dengan Pencipta, alam dan sesama manusia.

Salam!!!
Neno Anderias Salukh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun