Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bukan Hanya Cium Hidung, Budaya Makan Sirih Pinang Harus Ditiadakan karena Corona

28 Maret 2020   00:00 Diperbarui: 23 April 2022   14:42 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budaya memberikan sirih pingan suku Dawan | Dokumentasi Pribadi

Sebagai orang yang mencintai budaya, terpaksa menaati imbauan dari pemerintah untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus corona meski beberapa budaya harus ditiadakan sementara.

Salah satu budaya kental masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terpaksa harus ditinggalkan sementara adalah budaya cium hidung. 

Budaya cium hidung selalu dilakukan pada saat acara-acara seperti pernikahan, ulang tahun termasuk upacara kematian sebagai bentuk turut merasakan kebahagiaan dan kesedihan teman, kolega, saudara atau kerabat yang mengalami.

Pada umumnya, di beberapa budaya, pelukan sambil menepuk belakang atau cipika-cipiki merupakan ekspresi bertemu dengan teman, atau sahabat yang lama menghilang atau baru bertemu selama beberapa tahun, tapi di NTT, cium hidung adalah ekspresi yang sering dilakukan sebagai bentuk melepas rindu dengan orang tersebut.

Alasan meninggalkan budaya cium hidung adalah untuk mematuhi imbauan physical distancing yang menetapkan jarak satu meter sebagai jarak terdekat antar manusia. Dengan kata lain, selama pandemi corona kita dilarang bersentuhan satu sama yang lain. 

Imbauan ini atas dasar penyebaran virus corona yang menyebar dari manusia ke manusia melalui percikan-percikan air liur, telapak tangan, dan sentuhan-sentuhan yang tak disengajakan.

Cium hidung dengan saling menempelkan hidung sangat rentan dengan penyebaran virus corona. Pasalnya, virus yang menyerang sistem pernapasan ini bukan tidak mungkin menempel di bagian hidung dan menyebar ke hidung orang lain dan dengan mudahnya menyerang sistem pernapasan. 

Belum lagi, pada saat cium hidung, salah satu bersin, batuk atau berbicara.

Namun, cium hidung bukanlah satu-satunya budaya yang ditiadakan sementara. Budaya "Mamat" atau makan sirih pinang perlu dipertimbangkan untuk ditiadakan sementara juga. Penulis mencoba memikirkan ini dengan matang, apakah makan sirih pinang boleh ditiadakan?

Sebelum beranjak ke sana, penulis mencoba menjelaskan secara singkat tentang makna budaya makan sirih bagi Suku Dawan (Timor) di NTT. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun