Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Orang Takut Kehilangan "Knight" dalam Permainan Catur?

26 Maret 2020   12:53 Diperbarui: 22 Maret 2021   15:33 2229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permainan catur | Pixabay

Bagaimana sejarah menceritakan pentingnya knight dalam sebuah permainan catur? Lanjut membaca artikel ini.

Jika anda pernah melihat seorang maestro (pecatur) bermain catur maka anda pasti melihat bagaimana ia menyerang dengan kuda (Knight) dan usaha untuk melindungi kedua kudanya jika ada ancaman dari lawan. Menakjubkan kan?

Berulang kali saya bermain catur, saya tidak akan kehilangan Knight jika lawan juga kehilangan Knight atau setidaknya lawan kehilangan Queen. Bukan karena saya seorang maestro catur tetapi saya lebih memilih kehilangan Benteng (Rook) daripada kehilangan Knight dalam sebuah pertarungan catur.

Bukan hanya saya, beberapa teman saya yang lebih "jago" (hebat) memainkan pion-pion catur pun lebih takut kehilangan Knight di awal permainan daripada Bishop dan Rook. Kenyataan ini membuat sebuah kesimpulan bahwa hampir semua pecatur menganggap kekuatan Knight diatas Rook dan Bishop dan hanya kalah dari Queen.

Lalu mengapa seorang pecatur tidak ingin kehilangan Knight di awal permainan dibandingkan dengan Bishop atau Rook?

Catur atau yang disebut sebagai Chess dalam bahasa Inggris merupakan permainan yang diyakini berasal dari permainan India, chaturanga (yang menjadi asal nama catur) sekitar abad ke-7. Tapi, buah-buah catur tersebut diperkirakan mendapat bentuknya yang dikenal saat ini pada akhir abad ke-15 di Spanyol.

Sebelum abad ke-15, dalam masa feodalisme Eropa, Knight yang juga disebut sebagai Ksatria merupakan tulang punggung kekuatan dan kekuasaan dalam suatu pemerintahan feodal. Artinya tanpa para Ksatria pemerintah feodal yang dielu-elukan pada zaman itu tidak berarti apa-apa, sebab di masa tersebut, kekuatan militer menentukan kokoh atau tidaknya seorang bangsawan dan Lord (raja) (Alfi Arifian, 2017).

Ksatria pada zaman feodal identik dengan laki-laki yang ideal atau setidaknya yang jago berkelahi, berani bertarung sampai mati, setia dengan sumpahnya, setia kepada tuannya dan melindungi para kaum bangsawan termasuk raja.

Pasukan Ksatria zaman feodal
Pasukan Ksatria zaman feodal

Bukan hanya itu, para Ksatria juga identik dengan pasukan yang menunggangi kuda sehingga biasanya disebut sebagai kumpulan prajurit berkuda. Hal ini juga menjadi kode tersendiri bagi para Ksatria tersebut yang biasanya disebut dalam bahasa Perancis sebagai Chevalier yang berarti Ksatria Berkuda.

Lama kelamaan, kuda merupakan identitas para ksatria karena pada masa itu, kuda dianggap sebagai binatang yang sangat istimewa, bahkan disebut bahwa tidak semua orang memiliki kuda kecuali raja dan para bangsawan.

Kuda diberikan kepada seseorang yang menjadi Ksatria dalam sistem pemerintahan feodal yang tak hanya befungsi sebagai kendaraan tetapi juga senjata perang karena kuda melambangkan kekuatan, keberanian dan kegagahan seorang laki-laki.

Penampilan Ksatria Feodal
Penampilan Ksatria Feodal

Oleh karena itu, meski raja sebagai pemimpin pemerintahan feodal, para Ksatria nampak lebih gagah di depan para wanita bahkan para ksatria disebut sebagai pria idaman para wanita termasuk putri raja.

Kekaguman para wanita juga didasarkan pada penampilan para Ksatria yang bukan hanya gagah perkasa tetapi balutan baju zirah perak yang bukan hanya sebagai pelindung perang tetapi benar-benar menambah pesona mereka.

Intinya bahwa Ksatria pada masa feodal merupakan alat perang para raja dan bangsawan. Keberadaan mereka hanya untuk perang dan melatih Ksatria-Ksatria baru tentang strategi berperang atau setidaknya mereka dipandang sebagai kaum yang gagah berani.

Sejarah inilah yang menjadi filosofi atau alasan seorang pecatur tidak ingin kehilangan Knight dalam sebuah pertandingan catur. Ibarat Ksatria pada zaman feodal, tanpa Knight, serangan menjadi lambat dan pertahanan menjadi rapuh. Berbeda jika Knight masih ada, serangan lebih mematikan dan pertahanan lebih kuat atau setidaknya membuat lawan was-was dalam menyerang.

Salah satu kekuatan Knight adalah lompatan leter L-nya yang bisa membingungkan seseorang ketika sedang menguras pikirannya dalam membuat strategi atau taktik dalam sebuah permainan catur.

Karena Knight menjadi satu-satunya buah catur yang dapat melompati buah catur lain, lompatan Knight bisa menginjakkan kakinya ke semua kotak papan catur dan membuat lawan tidak membaca lebih jauh pergerakannya atau jika ia berani membaca, membutuhkan waktu yang cukup lama.

Sebuah kesalahan fatal yang dilakukan dalam membaca pergerakan Knight adalah membiarkan lawan sekak dengan Knight yang sekaligus mengancam Rook, Bishop atau Queen. Pada umumnya,  serangan seperti ini tidak dapat ditutup atau selain memindahkan King atau memakannya.

Jika Knight yang menyerang tidak bisa dimakan maka jalan satu-satunya adalah memindahkan King dengan ketentuan harus mengorbankan yang terancam (Rook, Bishop atau Queen).

Kebanyakan pecatur membuka ruang disamping kiri dan kanan raja untuk mengindari kemungkinan skakmat yang dilakukan oleh Knight. Jika King tidak dapat berpindah ke kiri-kanan atau muka-belakang maka tentunya permainan berakhir.

Berbeda dengan sekak yang dilakukan oleh Bishop, Knight maupun Queen, bisa diantisipasi dengan memakan, menutup atau memindahkan. Kemungkinan mengatasi ancaman lebih banyak dibandingkan dengan Knight.

Itulah filosofi seseorang tidak ingin kehilangan Knight dalam sebuah permainan catur.

Salam!!!

Neno Anderias Salukh

referensi: Buku Sejarah Dunia Abad Pertengahan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun