Oleh karena itu, saya berani menghentikan penyebaran informasi yang bagi saya salah meskipun orang yang menyampaikan adalah orang terdidik yang cukup disegani.
Beberapa hari yang lalu, di salah satu Group WhatsApp, beredar informasi yang berisi tips mendeteksi Covid-19 secara dini, katanya cara tersebut dilakukan oleh Jepang meskipun sumber informasinya kurang jelas. Seorang dokter yang juga merupakan anggota group langsung mengklarifikasi pesan tersebut bahwa informasi tersebut adalah hoaks.
Selang beberapa menit, informasi tersebut muncul lagi di salah satu group WhatsApp saya. Pesan tersebut dibagikan oleh seseorang yang saya segani sehingga untuk mengklarifikasi setiap pembicaraannya membutuhkan ekstra keberanian.
Namun, demi kepentingan orang banyak dan bermodalkan klarifikasi dari dokter pada grup sebelumnya, saya berani mengklarifikasi pesan tersebut dan klarifikasi saya diterima. Klarifikasi saya diterima karena orang tersebut adalah orang yang terdidik dan mau menerima informasi yang benar dari sumber yang tidak diragukan kebenarannya.
Berbeda dengan kehidupan kami di desa, rata-rata SDM masyarakat desa masih rendah sehingga cenderung percaya pada informasi terbaru apalagi informasi tersebut disampaikan oleh orang yang memiliki otoritas seperti kepala desa dan para jajarannya apalagi dari seorang guru.
Saya tidak dapat membayangkan bagaimana informasi tersebut disampaikan pada saat kami tidak ada bersama-sama dengan mereka? Berapa banyak orang yang akan terpapar hoax? Dan sampai mana hoax tersebut terhenti?
Karena itu, saya memanfaatkan otoritas saya sebagai seorang guru untuk menghentikan informasi-informasi yang menyesatkan masyarakat.
Salam!
Neno Anderias Salukh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H