Istilah psikopat sebenarnya tidak bisa digunakan sembarangan tetapi sejumlah penelitian dan teori sangat penting untuk dipahami khususnya pada kejadian ini.
Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh NF yang baru saja berusia 15 tahun terhadap tetangganya yang berinisial APA yang juga masih berusia 5 tahun sungguh mengejutkan. Pasalnya, lebih mudah menemukan mutiara dan diamond daripada menemukan anak gadis berusia belia melakukan tindakan kekerasan sekejam itu.
Penulis pun mengerutkan dahi ketika NF mengaku bahwa pembunuhan dilakukan karena terinspirasi dari film "Chucky" yang bergenre horor dan sadis.
Film Chucky pertama kali tayang pada tahun 1988 dengan judul Child's Play. Kemudian ada beberapa seri yang terbit pada tahun-tahun berikutnya termasuk yang terbaru Child's Play 2019 yang merupakan remake dari film 1988.
Meski tidak semua seri ditonton, penulis sudah menonton beberapa seri film tersebut sehingga penulis berani membuat kesimpulan bahwa keseluruhan film tersebut mengandung elemen horor psikologis dan komedi gelap.
Khususnya dalam film Child's Play 2019, adegan-adegan Chucky lebih mengerikan dibandingkan dengan seri-seri sebelumnya. Meski ada unsur humorisnya, film ini cukup mengerikan karena Chucky mencelakai banyak orang karena ada kerusakan pada sistem kecerdasannya.
Rupanya, film-film yang bergenre sama dengan Child's Play memiliki dampak yang sangat besar terhadap psikologi penonton. Bukan hanya ketakutan yang berlebihan atau mudah terkejut tetapi masih banyak efek negatif yang turut serta mempengaruhi psikologis penonton.
Tentunya, efek negatif jarang ditemukan pada orang dewasa apalagi mereka yang hobi menonton film horor tetapi efek-efek kecil seperti ketakutan masih bisa ditemui.Â
Waktu saya masih kuliah, seringkali saya bersama dengan tetangga-tetangga kos mengisi waktu luang dengan menonton film horor. Beberapa teman saya memilih menonton dengan syarat dia tidak boleh tidur sendirian.
Karena itu, penulis membayangkan bagaimana dengan anak-anak kecil yang sementara dalam tumbuh kembang menonton film bergenre horor seperti Chucky yang kadang-kadang membingungkan pemahaman penonton tentang narasi atau plot?
Penonton dewasa saja akan cenderung berfokus pada karakter mereka sendiri, tidak yakin atau meragukan persepsi mereka tentang realitas atau mempertanyakan kewarasan mereka sendiri saat menonton adegan-adegan yang menegangkan.
Mustahilkah anak-anak mulai memikirkan hal tersebut yang berbeda dengan realitas kehidupan mereka? Tidak! Anak-anak belum bisa membedakan dunia nyata dan dunia khayalan. Mereka akan coba memahami adegan dalam film sebagai sebuah realita kewajaran tanpa memilih hal-hal negatif dan positif.
Dilansir dari hellosehat.com, Studi Guntarto pada tahun 2000 menunjukkan bahwa anak-anak yang telalu banyak nonton film dan tayangan televisi yang berbau kekerasan dapat tumbuh menjadi sosok yang sulit berkonsentrasi dan kurang perhatian pada lingkungan sekitar.
Masih dari media yang sama, studi lain dilakukan oleh Anderson pada tahun 2012 juga menunjukkan bahwa anak-anak yang menonton film kekerasan lebih cenderung memandang dunia sebagai tempat yang kurang simpatik, berbahaya, dan menakutkan.
Peristiwa ini merupakan bukti dari dua riset tersebut. Lalu, bagaimana dengan kondisi psikologis pelaku?Â
Dilansir dari kompas.com, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan bahwa pelaku bersikap tenang saat diperiksa. Bahkan, semua pertanyaan yang diajukan kepadanya dijawab tanpa ada keraguan.
"Ditanya tidak pernah tidak menjawab, dia (pelaku) selalu jawab, dia ngomong. Tenang, santai, sebelum kita tanya pun dia langsung cerita," kata Yusri di Mapolres Metro Jakarta Pusat, Sabtu (7/3/2020).
Jika kita menelusuri apa yang dilakukan pelaku termasuk gaya berbicaranya menjawab polisi maka tidak sedikit ciri-ciri psikopat kita temukan pada gadis belia tersebut seperti tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah, kurang empati (bagi psikopat, memotong kepala ayam dan memotong kepala orang tidak ada bedanya), Impulsif dan sulit mengendalikan diri.
Masih dari Hellosehat.com, dugaan tersebut didukung oleh penelitian yang dilaksanakan pada 1000 anak yang lahir pada tahun 1972 sampai 1973 di kota Dunedin, New Zealand.Â
Saat berusia lima tahun, anak-anak mulai diwawancarai mengenai kebiasaan menonton TV mereka setiap 2 tahun sekali. Hasilnya dibandingkan dengan informasi yang telah mereka dapat dengan rekor kriminal partisipan pada umur 17-26 tahun,
Para peneliti menemukan adanya kemiripan pada sikap agresif, antisosialn (psikopat), dan emosi negatif pada partisipan yang sama pada umur 21-26 tahun. Artinya bahwa, anak-anak yang sering menonton film bergenre kekerasan bisa memicu sifat psikopat tumbuh pada anak.
Sedangkan menurut  Arin Wijaya Hutapea dalam artikelnya di website ciputra hospital.com, kehidupan awal dan tanda-tanda dan gejala psikopat biasanya terlihat sebelum ulang tahun ke-16 karena gejala-gejala ini dianggap cukup stabil sepanjang hidup.
Hasil dari teori dan penelitian mengindikasikan kesimpulan bahwa ada sifat psikopat yang tumbuh dalam diri pelaku tetapi disisi lain juga penyebab psikopat masih diperdebatkan di kalangan ilmiah.
Oleh karena itu, untuk mengetahui seseorang mengidap psikopat, membutuhkan wawancara mendalam dan pengamatan-pengamatan yang lain.
Sampai titik ini, penulis tiba pada konklusi bahwa pelaku belum sepenuhnya dikatakan sebagai seorang psikopat.
Salam!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H