Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menengok Khipu, Alat Perekam Sensus Kerajaan Inca

20 Februari 2020   19:02 Diperbarui: 20 Februari 2020   19:09 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun ini, 2020, Indonesia akan melakukan sensus penduduk. Untuk tahun ini, sensusnya sedikit berubah dari sebelum-sebelumnya yaitu adanya pendataan secara daring.

Meskipun lebih dari setengah masyarakat Indonesia belum siap untuk mengisi data kependudukan secara daring, pendataan semacam ini untuk meringankan pekerjaan petugas sensus, mengingat, pertumbuhan jumlah penduduk dalam satu dekade terakhir cukup pesat.

Jika kita mencoba menilik sejarah, sensus penduduk sudah dipraktekan oleh bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan kuno. Salah satu catatan dari sejarawan Yahudi Josephus menulis lebih detail tentang sensus Yudea sekitar 6 Masehi. Saat itu, Publius Sulpicius Quirinius yang bertindak sebagai gubernur Suriah menjadi petugas sensus untuk keperluan pajak.

Di China, sensus dilakukan pada masa pemerintahan Dinasti Han atau sekitar tahun 2 Masehi. Di India, diperkirakan terjadi pada tahun 330 Sebelum Masehi.

Hal tersebut membuktikan bahwa sensus sudah dilakukan jauh sebelum adanya teknologi seperti internet. Orang-orang pada zaman itu menggunakan alat-alat tradisional yang mudah didapatkan untuk kepentingan sensus.

Tentunya pada zaman tersebut, metode sensus tiap suku berbeda tergantung kebudayaannya. Menurut catatan sejarah, sensus paling unik adalah sensus Kerajaan Inca pada abad ke-15. Pada waktu itu, Kerajaan Inca mencatat informasi yang dikumpulkan selama sensus menggunakan quipus.

Quipus atau Khipu adalah alat perekam yang dibuat dari string atau untaian tali yang digunakan oleh sejumlah budaya di wilayah Andes Amerika Selatan (kekuasaan Kerajaan Inca). Masyarakat China Kuno dan Hawai Asli pun menggunakan Quipus dalam kebudayaan mereka.

Akan tetapi, penggunaannya berbeda, di Kerajaan Inca digunakan tidak sebatas sensus, Khipu juga digunakan untuk mengumpulkan data dan menyimpan catatan, memantau kewajiban pajak, informasi kalender, dan untuk keperluan organisasi militer.


Gary Urton, salah satu Arkeolog Harvard University yang menulis beberapa buku tentang Quipus. Dalam bukunya Signs of the Inka Khipu: Binary Coding in the Andean Knotted-String Records, ia mendefinisikan Khipu sebagai alat yang diikat dengan tali yang digunakan untuk merekam informasi statistik dan narasi.

Sejarawan Edward Hyams dan George Ordish mengatakan bahwa Khipu adalah alat perekam, mirip dengan notasi musik, karena catatan pada halaman tersebut menyajikan informasi dasar, dan pelaku kemudian menghidupkan detail-detail itu.

Khipu menggunakan sistem biner yang dapat merekam bahasa lisan dan tanda-tanda dalam bahasa isyarat. Dalam ilmu linguistik disebut sebagai Fonologi.

Ketika penaklukan Spanyol terhadap Kerajaan Inca, Khipu masih digunakan sebagai satu-satunya alat untuk menyelesaikan masalah pajak.

Penamaan Quipus ini berasal dari kata "khipu", yang berarti "simpul" atau "simpul", berasal dari bahasa Quechua. Bahasa asli yang dituturkan oleh orang- orang Quechua dan juga digunakan sebagai bahasa resmi Kerajaan Inca.

Khipu terbuat dari bulu Llama yang merupakan hewan peliharaan orang-orang Inca. Bulunya yang lembut dan bebas dari lanolin (lemak yang biasanya terdapat pada bulu hewan) menjadi alasan bulunya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan Khipu.

Ada juga yang terbuat dari bulu Alpaca. Alpaca merupakan hewan sejenis Llama, bahkan kadang kala sulit untuk dibedakan. Akan tetapi, Alpaca cenderung lebih kecil dan dipelihara oleh orang-orang Inca hanya untuk keperluan bulunya, berbeda dengan Llama yang bisa digunakan sebagai pengangkut barang.

Sama dengan bulu Llama, bulu Alpaca lembut dan bebas lionin. Akan tetapi, bulu Alpaca lebih tahan air dan api. Bulu Alpaca bisa dipintal menjadi berbagai benang karena lembut, tahan lama, dan menghasilkan kerajinan tangan yang mewah.

Gordon McEwan, dalam bukunya The Incas: New Perspektives mengatakan bahwa
Suku Inca memiliki banyak kekurangan diantaranya penggunaan kendaraan roda, tidak memiliki hewan untuk ditunggangi atau hewan yang bisa menarik kereta dan bajak, mereka tidak memiliki pengetahuan tentang besi dan baja. Bahkan, diatas kekurangan-kekurangan itu, mereka tidak memiliki sistem penulisan.

Karena tidak memiliki sistem kepenulisan, suku Inca menggunakan Khipu untuk mengumpulkan data dan menyimpan catatan. Menarik, tidak semua orang bisa membaca informasi yang dihimpun dalam Khipu, orang yang spesialis dalam membaca Khipu disebut Quipucamayocs.

Pada zaman Kekaisaran Inca, ada asisten khusus dari kalangan Quipucamayocs yang selalu mendampingi raja hanya untuk membaca berita atau informasi dari luar yang dikirim menggunakan Khipu.


Quipucamayocs berasal dari golongan pria yang berumur berkisar dari 50-60 tahun. Mereka dapat melakukan operasi aritmatika dasar, mereka bisa melacak mita (proyek layanan publik terhadap raja Inca) mereka bisa mencatat dan membaca sistem perpajakan, mereka bisa melakukan sensus untuk menghitung semua orang dari bayi hingga usia lanjut.

Quipucamayocs disebut sebagai orang paling hebat dan pintar pada zaman Kerajaan Inca. Saking hebatnya, mereka bisa membaca Khipu dalam keadaan mata tertutup.

Khipu disebut sebagai salah satu pembukuan terbaik pada zaman itu. Meskipun Khipu tidak lagi digunakan di era modern ini, Khipu masih dikoleksi oleh beberapa orang di dunia. Gary Urton memperkirakan jumlah Khipu yang masih ada di dunia sekitar 600 buah.

Itulah Khipu, alat yang digunakan untuk merekam data sensus oleh Kerajaan Inca yang sempat berkuasa di Amerika Selatan.

Salam!!!

Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat.Contoh quipu dari Kekaisaran Inca, saat ini dalam Koleksi Museum Larco | Wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun