Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Abusive Relationship" Patut Diwaspadai oleh Perempuan

17 Februari 2020   17:18 Diperbarui: 21 April 2022   23:24 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kekerasan yang diterima oleh perempuan. (sumber: KOMPAS/TOTO SIHONO)

Menurut Journal of Woman's Health, perempuan yang menjadi korban Abusive Relationship akan terkena depresi, pikiran ingin bunuh diri, post traumatic disorder, dan penyalahgunaan zat. 

Rasa takut dan cemas mungkin akan berlanjut sampai di masa depan, Anda mungkin akan lebih tertutup, hal ini berdampak tidak baik untuk hubungan di masa depan.

Dua hari yang lalu, saya bersama tiga orang teman saya mengunjungi salah satu tempat wisata di Pulau Timor (Maaf, saya tidak bisa menyebutkan namanya). Selain, penasaran untuk melihat wisata yang sedang hits ini, kami ingin merefresh pikiran dari berbagai jenis pekerjaan.

Dalam perjalanan, saya masih menyempatkan diri untuk mampir di rumah salah satu teman dekat saya (perempuan tapi bukan pacar) yang letaknya tepat dipinggir jalan menuju tempat wisata tersebut.

Bunga (bukan nama yang sebenarnya), teman saya sedang duduk berduaan dengan seorang pria dan beberapa anak kecil di teras rumah.

"Kakak," begitulah panggilan akrab saya kepada Bunga. Rencananya, saya cukup memberitahu bahwa saya akan mampir di rumah setelah kembali dari tempat wisata tersebut.

Ilustrasi Laki-laki membentak perempuan hingga menangis | Wikihow
Ilustrasi Laki-laki membentak perempuan hingga menangis | Wikihow
Akan tetapi, ada pemandangan yang aneh. Si laki-laki ini beranjak dari tempat duduknya ke sepeda motornya lalu menghilang sedangkan Bunga menampilkan ekspresi yang sedikit aneh dengan saya. Berbeda dari biasanya, ia menyarankan saya untuk mampir di rumahnya setelah kami pulang dari tempat wisata tersebut.

Setelah dari tempat wisata, untuk menepati janji, waktu yang sudah menunjukkan pukul 20.00 WITA mengisyaratkan kami agar mempercepat laju sepeda motor agar segera secepatnya kembali ke rumah, saya masih memohon kepada ketiga teman saya untuk mampir walaupun hanya beberapa menit.

Pemandangan yang sama saya lihat pada malam itu. Pria yang bersama dengan Bunga tadi siang juga ada. Anehnya, ia kembali menuju sepeda motornya dan pergi tanpa memberitahukan orang-orang rumah. Bahkan, lebih mengerikan karena Bunga tidak menyapa saya sama sekali.

Tapi, saya tetap berpikir positif, mungkin ada hal lain yang sedang menguras pikiran mereka berdua. Beruntung, saya cukup dekat dengan saudara-saudaranya sehingga kami masih bisa beristirahat setengah jam menikmati segelas kopi yang diiringi dengan cerita-cerita humor.

Dua hari kemudian, 10 menit setelah saya di sekolah untuk melanjutkan tugas saya sebagaimana seorang guru, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Bunga. Saat itu yang terlintas di pikiran saya adalah Bunga pasti ingin minta maaf karena tidak sempat menyapa saya seperti biasa pada malam itu.

Dengan nada suara yang lemah dan kedengaran sedih Bunga menyapa saya.
"Saya minta maaf, saya mau beritahu sesuatu tapi saya mohon untuk mengerti dan tidak tersinggung," begitulah kalimat pertamanya.

"Oke, aman,,, aman," begitulah gaya khas saya merespon permintaan maaf dari teman-teman saya.

Lalu, Bunga menceritakan kejadian buruk yang sedang menimpanya. Hubungannya dengan pacarnya sedang retak gara-gara pacarnya menduga Bunga pernah pacaran dengan saya sehingga kehadiran saya disana mengganggu suasana hatinya. Mungkin, pacarnya berpikir masih ada cinta di antara kami berdua. Hmmmm.

Rupanya, pemandangan dan suasana buruk tersebut adalah reaksi atas kehadiran saya. Ada pertengkaran antara Bunga dan pacarnya mengenai status hubungan saya dengan Bunga yang sebetulnya sebatas teman dan saudara.

Sampai detik Bunga menelepon saya, pacarnya masih dalam keadaan marah dan ia meminta supaya foto-foto kami di media sosial (Facebook dan Instagram) pun dihapus. Wow!

Demi kebaikan, saya menerima permintaan tersebut lagipula tidak penting bagi saya juga. Hehehe. Akan tetapi, ada hal yang saya sesali karena saya tidak diizinkan untuk berbicara face-to-face dengan pacarnya untuk menjelaskan garis batas hubungan kami.

Oleh karena itu, atas dasar kejadian ini, saya ingin menulis artikel "Abusive Relationship" kepada para perempuan di Indonesia karena fenomena yang dialami Bunga bisa mengarah kepada abusive relationship. Bunga adalah kasus ketiga dari dua kasus serupa yang saya alami dan masih banyak kasus identik yang dialami oleh banyak perempuan di luar sana.

Apa itu Abusive Relationship?

Abusive Relationship adalah sebuah hubungan percintaan antara perempuan dan laki-laki yang disalahgunakan. Laki-laki berperilaku kasar kepada perempuan seperti memaksa melakukan sesuatu untuk mempertahankan kekuasaan dan kontrolnya.

Memang, abusive relationship tidak terbatas pada perilaku laki-laki terhadap perempuan tetapi juga terhadap perilaku perempuan terhadap laki-laki. Akan tetapi, pada artikel ini saya membahasnya sesuai dengan konteks yang saya alami yaitu perilaku laki-laki terhadap perempuan.

Abusive Relationship identik dengan kekerasan yang bersifat emosional, finansial, seksual atau secara fisik. Kekerasan ini mencakup ancaman, batasan ruang gerak, manipulasi dan intimidasi. Misalnya, intimidasi yang menggangu psikologi perempuan, laki-laki memanipulasi perempuan untuk mendapatkan uang dan perempuan tidak diizinkan untuk bepergian tanpa sepengetahuan laki-laki.

Saya mencatat tiga faktor yang menjadi penyebab utama Abusive Relationship dari Website Pusat Pendidikan Kesadaran dan Aksi.

Pertama, laki-laki merasa memiliki hak sepenuhnya untuk mengatur perempuan meskipun masih dalam taraf pacaran sehingga membuatnya buta dalam menjalin sebuah hubungan pacaran.

Kedua, Keyakinan bahwa mereka harus memiliki kekuasaan dan kendali atas pasangannya karena laki-laki merasa diri lebih kuat dari perempuan.

Ketiga, Pengalaman yang dipelajari. Jika laki-laki mendapatkan sesuatu dari perempuan karena tindakan kasar maka laki-laki akan terus berpegang pada prinsip bahwa kasar adalah pilihan tepat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Ada beberapa faktor yang selama ini diduga sebagai penyebab utama abusive relationship ternyata telah dibuktikan melalui penelitian bahwa hanya digunakan oleh laki-laki sebagai alasan untuk membenarkan perilaku mereka.

Pertama, Provokasi. Ada laki-laki yang percaya pada kabar angin atau provokasi orang ketiga mengenai hubungan mereka untuk melakukan kekerasan tanpa klarifikasi kebenaran berita terlebih dahulu.

Kemudian, laki-laki yang setelah memukul pasangannya akan memohon maaf karena terlalu marah dengan kabar burung yang ia peroleh tanpa klarifikasi terlebih dahulu.

Jika perempuan memaafkannya maka sewaktu-waktu ia akan melakukan kekerasan lagi dengan alibi kabar burung yang ia peroleh. Ia akan membenarkan perilaku memukulnya sebagai tindakan refleks yang sejatinya ia tidak kehendaki padahal tidak.

Kedua, Perilaku korban. Laki-laki bisa memukul atau membentak perempuan dengan alasan tidak menyukai karakter perempuan.

Padahal, perubahan karakter tidak dapat dilakukan dengan memukul. Lagipula, pembahasan mengenai kecocokan karakter bisa didiskusikan bersama sehingga walaupun tidak ada titik temu, memutuskan hubungan lebih terhormat daripada memukul perempuan atau membentaknya.

Ketiga, Obat-obatan atau alkohol. Ada laki-laki yang memukul atau membentak perempuan tanpa alasan. Akan tetapi, jika perempuan bertanya maka jawabannya adalah ia mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan dengan jumlah yang berlebihan sehingga ia tidak menyadari perbuatannya.

Keempat, Faktor genetik. Ada laki-laki yang menggunakan alasan genetik untuk melakukan kekerasan bahwa garis keturunannya adalah keluarga dengan perilaku keras sehingga ia tidak dapat merubah karakter kerasnya.

Kelima, Kehilangan kendali atas kemarahan. Ada laki-laki yang menggunakan alasan tidak dapat mengendalikan emosinya (amarah) setelah memukul atau membentak perempuan.

Keenan, Budaya. Budaya Patriarki yang menempatkan laki-laki sebagai pihak utama dalam sistem sosial membuat banyak orang menyalahkan budaya patriarki sebagai penyebab utama laki-laki berlaku keras pada perempuan.

Padahal, banyak orang mengalami faktor-faktor yang saya sebutkan di atas tetapi tidak menyalahgunakan hubungan mereka.

Menurut ilmu psikologi, kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan akan meningkat seiring berjalannya waktu.

Disisi lain, perempuan yang dilecehkan oleh pasangannya, akan merasa bingung, takut, marah dan terjebak karena respons normal terhadap pelecehan tersebut. Bahkan, perempuan akan dihantui rasa bersalah yang tak berkesudahan.

Di titik inilah, perempuan akan melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh laki-laki. Bukan karena dorongan cinta tetapi ketakutan yang sedang dihadapi oleh perempuan.

Jika perempuan tidak melakukannya maka ia ditampar, dikata-katain kasar di depan umum dan berbagai macam kekerasan lainnya.

Perempuan Harus Tahu

Beberapa indikasi abusive relationship yang perlu diketahui oleh perempuan adalah saat pasangan meminta untuk secara konstan dikabari apa saja yang sedang dilakukan melalui telepon, sms atau WhatsApp.

Saya menyaksikan beberapa perempuan yang telponan hingga berjam-jam setiap hari. Bahkan, pergi ke toilet pun dilarang mematikan panggilan. Saya tidak tahu, apakah hal tersebut dilakukan atas dasar cinta atau karena tuntutan salah satu pihak? Jika karena tuntutan laki-laki, waspadalah!

Ada perempuan yang direndahkan bahkan di depan umum (banyak orang). Ironis memang. Seperti kata goblok, bodoh dan tolol meskipun hal tersebut dilakukan di saat berduaan. Hati-hati, suatu saat bisa dilakukan di depan umum.

Saya pernah mendengar curhatan (sambil menangis) dari salah satu teman saya bahwa pacarnya yang dianggap akan menjaganya mengatai dia sebagai 'perempuan lon*e' (maaf) didepan teman-temannya hanya karena tidak memenuhi permintaan hasrat seksualnya. Begitu sadisnya!

Ada laki-laki yang suka mengatur perempuan tapi tidak mau diatur oleh perempuan dalam hubungan pacaran. Misalnya melarang perempuan untuk menggunakan celana pendek ketika bepergian tetapi tidak menerima jika perempuan melarangnya merokok. Hmmmm.

Ada laki-laki yang sangat cemburu secara berlebihan (sangat ekstrem) dan tidak beralasan. Salah satu teman perempuan saya memiliki kebiasaan menghindari adanya suara laki-laki pada saat bercakap-cakap dengan pacarnya melalui telepon karena pacarnya cemburu.

Atau seperti kasus yang saya alami. Jika laki-laki tersebut dewasa secara emosional, ia seharusnya bertanya dan mengkonfirmasi dari saya tentang kebenaran hubungan saya dan bunga. Tanpa melalui sebuah komunikasi (tanpa emosi) laki-laki menyuruh menghapus jejak pertemanan saya dengan Bunga. Aneh.

Ada laki-laki yang kemarahan yang meledak-ledak terhadap perempuan meskipun tidak ada kesalahan sama sekali. Saya gunakan kejadian yang saya alami sebagai contoh lagi. Saya tidak pernah pacaran dengan Bunga dan saya tidak mungkin pacaran dengan Bunga tetapi laki-laki memaksa Bunga untuk mengakui hal tersebut.

Dari semua penjelasan dan cerita pengalaman ini, saya berharap kepada semua perempuan untuk benar-benar berhati-hati dalam menjalani sebuah hubungan. Jika ada indikasi Abusive Relationship, jangan takut melawan dan mengakhiri hubungan tersebut karena kalian adalah manusia yang wajib diperlakukan secara terhormat.

Salam!!!

Dari seorang laki-laki Timor, Neno Anderias Salukh

Referensi: Satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun