Akan tetapi, lebih banyak tulisan-tulisan yang mengundang tawa. Misalnya terdapat tulisan STNK (Sudah Tua Nakal Kembali), SIM (Surat Izin Mencintaimu), dan 217 (Dua Hati Satu Tujuan). Hehehe.
Sebenarnya, semua hal di atas dilakukan atas tuntutan pasar. Kebanyakan anak-anak muda di NTT, lebih banyak memilih menumpang dengan angkot yang tampil keren dengan musik yang sangat milenial daripada yang tampak polos tanpa musik.
Kesimpulan ini saya buat setelah saya mengamati hal tersebut selama lima tahun kuliah di salah satu universitas di Kota Kupang dan beberapa kota/kabupaten yang sempat saya kunjungi.
Itulah angkutan kota di NTT. Tak sebatas alat transportasi tetapi dapat dikatakan sebagai sebuah diskotik berjalan yang dipenuhi dengan alunan musik dan kelap kelip lampu sorot yang menarik.
Salam!
Kupang, 13 Februari 2020
Neno Anderias Salukh
Referensi: Wikipedia: Diskotik & Piringan Hitam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H