Istilah Pelakor adalah sebuah istilah yang sangat ironi? Tidak adanya kesesuaian antara istilah dan kenyataan sesungguhnya yang menjadi dasar problem ini.
Budaya patriarki masih dipraktekkan, perempuan yang berstatus sebagai korban masih disudutkan, dicaci dan dihina tanpa melihat esensi-esensi yang patut dipertimbangkan dalam hubungan tersebut.
Pada umumnya, masalah ini merugikan perempuan. jika laki-laki (suami) hanya ingin berselingkuh semata dan tidak ingin menikahi selingkuhanya maka perempuan yang diselingkuhi dirugikan secara materil bahkan moril sehingga dipandang buruk oleh lingkungan sekitar karena menjadi tempat pelampiasan nafsu seksual laki-laki beristri yang tidak bertanggung jawab.
Perempuan (selingkuhan) sudah dirugikan tapi masih saja disebut sebagai Pelakor seolah-olah sebagai Pelakon yang memainkan ini semua padahal seharusnya label "perebut" harusnya disematkan pada laki-laki yang sudah memiliki istri tapi masih menginginkan orang lain.
Laki-laki itu merebut milik atau jodoh orang lain. Memang jodohnya belum pasti tetapi ia akan menjadi jodoh orang lain bukan menjadi selingkuhan laki-laki beristri.
Laki-laki beristri itu Pelakon. Menjadi tokoh utama dalam kasus-kasus seperti yang terjadi di Kabupaten Timor Tengah Utara ini, bahwa dialah yang menginisiasi bukan perempuan (selingkuhan) tersebut.
Oleh karena itu, bagi saya istilah Pelakor adalah istilah patriarki yang seharusnya tidak ada karena perselingkuhan tidak selamanya diinisiasi oleh perempuan. Ada hal-hal mendasar yang perlu diketahui bersama bahwa sejatinya yang berasalah adalah laki-laki bukan perempuan.
Salam!!!
Neno Anderias Salukh