Dewa lain yang dipercayai adalah Uis Oe (Dewa atau Tuhan air). Buaya dipercaya sebagai jelmaan dewa air yang sewaktu-waktu berubah menjadi manusia. Konon, di pulau Timor terjadi kawin-mawin antara Dewa Air dan Manusia.
Oleh karena itu, buaya di Timor dianggap tidak berlaku semena-mena terhadap manusia, kecuali manusia melanggar ketentuan-ketentuan alam yang sudah ditetapkan. Misalnya mengganggu habitatnya.
Bukan hanya itu, cicak pun dipercaya mewakili suara Tuhan untuk menyatakan persetujuan dalam sebuah diskusi atau pembicaraan. Jika suaranya cak...cak...cak, dikeluarkan pada saat pembicaraan atau diskusi, pertanda bahwa hal yang dibicarakan memiliki kebenaran atau patut dipercayai.
Orang Dawan sangat patuh dengan hal ini. Suara cicak selalu diresponi dengan mengetuk sesuatu yang berbunyi atau mengeluarkan bunyi dari dalam mulut sebagai balasan atau tanda percaya dan yakin sepenuhnya.
Ular pun demikian, dalam kondisi-kondisi tertentu, ular dianggap sebagai roh manusia yang berubah wujud. Oleh karena itu, ular yang sering masuk rumah tidak serta-merta dibunuh oleh pemilik rumah.
Biasanya, orang yang membunuh ular tersebut, akan mengalami dukacita. Salah satu anggota keluarga atau family lain yang masih memiliki hubungan darah meninggal dunia.
Meski kekristenan sudah menguasai tanah Timor, kepercayaan terhadap beberapa kekuatan gaib dan ritual-ritual tertentu masih dilakukan. Satu-satunya masyarakat yang masih menganut sistem agama tersebut adalah Boti, salah satu sub kerajaan tertua di Timor.
Untuk menghilangkan agama Halaika Suku Dawan, Halaika disebut sebagai golongan-golongan orang kafir yang dianggap sesat.
Uniknya, saat ini orang-orang Boti menolak disebut sebagai Halaika karena saat agama masuk ke pulau Timor, Halaika disamakan dengan orang yang tidak mengenal Tuhan atau kafir.
Salam!!!
Kupang, 24 Januari 2020