Dibandingkan dengan rumah daun, hanya mengambil bahan-bahan tertentu yang tidak merusak lingkungan begitu dasyat. Misalnya daun gewang dan alang-alang serta kayu-kayunya hanya dari ranting kecil. Pohon-pohon besar dan hutan aman, tidak dieksploitasi untuk kepentingan pembuatan rumah.
Akibatnya, saat ini kita harus merasakan pemanasan global yang begitu dasyat. Beberapa daerah sudah kesusahan air minum karena hutan yang diandalkan untuk menangkap air hujan sudah tiada.
Banjir yang terus mengintai beberapa daerah juga menjadi bukti bahwa populasi hutan yang sudah semakin mengecil tidak mampu lagi mengendalikan air hujan.
Fenomena ular kobra juga disebut sebagai bukti bahwa ular kehilangan habitat (hutan) rantai makanan rusak akibat hutan yang hilang, predator ular harus meninggalkan habitatnya.
Disisi lain, pohon-pohon gewang yang daunnya digunakan untuk atap ditebang; pohonnya diambil untuk pembuatan rumah seng. Tak heran, pohon gewang semakin langka sehingga sulit untuk membuat rumah beratapkan daun gewang.
Bukan hanya itu, alang-alang yang merupakan bahan yang paling banyak digunakan untuk pembuatan atap rumah di Pulau Timor sudah hampir punah. Kehadiran pohon gamal yang disebut sebagai pohon pagar menghilangkan populasi alang-alang.
Rundup, obat pembunuh tumbuh-tumbuhan liar di sekitar tanaman digunakan oleh para petani untuk menghilangkan alang-alang.
Sekejap semuanya hilang, kita terus dipaksa untuk membuat rumah seng agar terlihat kaya bukan miskin. Rumah daun hanya bisa dikenang dan kita juga harus siap menderita dengan ulah kita sendiri.
Salam!!!
Timor Tengah Selatan, 18 Januari 2020
Neno Anderias Salukh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H