Orang Timor memiliki cara unik untuk melindungi hasil tanamannya dari kasus-kasus pencurian. Cara ini cukup ampuh.
Selain ternak, harta terbesar masyarakat Dawan di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah tanaman perkebunan seperti pinang, sirih, kelapa dan sejenisnya. Selain dikonsumsi, hasilnya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Meskipun hampir semua orang memiliki tanaman perkebunan seperti yang saya sebutkan, kasus pencurian selalu saja terjadi. Hasil-hasil tanaman perkebunan kerap hilang diambil maling.Bahkan, hasil tanaman yang belum siap panen pun diambil.
Tentunya, tindakan tersebut membuat masyarakat resah. Menunggu hasil tanaman siap untuk dipanen, malah dinikmati oleh orang lain sebelum masanya.
Oleh karena itu, masyarakat Dawan memiliki cara unik untuk melindungi hasil tanamannya agar jangan diambil orang. Cara-cara tersebut cukup ampuh sehingga masih digunakan hingga saat ini.
Bunu
Bunu adalah cara melindungi tanaman dengan mengikatkan sesuatu pada pohonnya. Ada yang menggunakan daun, tongkol jagung, botol dan lain sebagainya tergantung jenisnya. Ada pula yang ditanam dekat pohon tanaman.
Bunu dipasang pada tanaman perkebunan yang sedang dalam masa menghasilkan buah tetapi belum siap dipanen. Setelah siap dipanen, barulah semuanya dilepas.
Hasil tnaman yang dilindungi dengan bunu dapat dikonsumsi setelah melalui sebuah proses yang disebut dengan "Haniki" (pendinginan). Proses ini disebut sebagai upaya pembunuhan terhadap kekuatan guna-guna yang dapat menyebabkan penyakit.
Rupanya, bunu diperlengkapi dengan ilmu sihir (guna-guna) yang hanya dapat menyerang orang yang mencuri. Setiap bunu dengan bahaya penyakitnya masing-masing, misalnya sakit dan meninggal.
Kebanyakan bunu digunakan untuk melindungi tanaman perkebunan yang hasilnya dapat dimakan misalnya kelapa, siri atau pinang. Ketika seseorang mengambilnya dan makan maka ia siap untuk menderita.
Bahkan, pemilik yang memasang bunu juga tidak diperkenankan untuk bertindak sesuka hati dalam mengambilkan karena bisa saja pemilik menjadi korban.
Setiap orang yang memasang bunu pada tanaman-tanamannya pasti tahu melakukan pendinginan. Jika tidak, ia pun tidak bisa menikmati hasil tanamannya.
Jika terdapat pencuri yang sakit karena bunu, ia harus mencari pemilik tanaman, mengaku kesalahannya untuk menjalani proses pendinginan agar bisa sembuh.
Sihir bunu juga disebut sebagai racun. Sihirnya hanya menyerang orang yang konsumsi. Jika pencurinya tidak mengkonsumsinya maka ia akan lolos dari bahaya bunu.
Oleh karena itu, di Timor seringkali saya temui orang-orang baik yang sakit karena bunu. Ia mengkonsumsi hasil curian yang dilindungi dengan bunu.
Bunu yang identik dengan dedaunan akhirnya membuat masyarakat Dawan selalu menggunakan daun untuk melindungi barang-barangnya yang dapat disimpan di pinggiran jalan.
Selain itu, daun-daun tersebut sebagai tanda bahwa barang tersebut sengaja disimpan oleh pemiliknya bukan dilupakan atau jatuh tanpa sepengetahuan pemilik.
Soho
Soho merupakan salah satu cara melindungi hasil tanaman. Terbuat dari lidi dari pohon enau yang sudah tua dan berwarna hitam. Lidi dibuat runcing sebanyak mungkin lalu ditancapkan di sekitar tanaman secara acak.
Kemudian ditutup menggunakan dedaunan yang ada disekitar tanaman agar tidak dicurigai oleh pencuri. Jika ada yang hendak mencuri diharapkan terjebak atau lidi-lidi tersebut menghabisi kakinya.
Meski tidak menakutkan seperti bunu, Soho tetap diwaspadai. Pasalnya, Soho bisa menembus kaki dan butuh waktu yang lama untuk pulih.
Bagi masyarakat Dawan, kaki adalah anggota tubuh yang paling penting sehingga melukai kaki pencuri dengan cara tersebut adalah cara terbaik untuk melumpuhkannya.
Itulah cara-cara Suku Dawan melindungi hasil tanamannya dari kasus pencurian. Akan tetapi, cara-cara ini hampir punah, hanya sedikit orang yang masih menggunakannya.
Alasannya adalah orang-orang yang mengetahui cara tersebut sudah tiada. Warisan ilmu tersebut hanya untuk beberapa kalangan.
Salam!!!
Timor Tengah Selatan, 17 Januari 2020
Neno Anderias Salukh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H