Ghaani dikenal sebagai sosok yang sangat kontroversi. Ghaani menyebut peristiwa 25 Mei 2012 di dua desa di Houla wilayah Suriah yang mengakibatkan kematian tidak lebih 108 orang tidak terlepas dari peran Iran.
 "Terima kasih atas kehadiran Iran di Suriah - secara fisik dan nonfisik - pembantaian besar dicegah ... jika republik Islam itu tidak hadir di Suriah, pembantaian rakyatnya akan berlipat ganda," kata Ghaani.
Pernyataan Ghaani dinilai sebagai sebuah keceplosan bicara. Menurut Meir Javedanfar , seorang ahli Iran-Israel di Timur Tengah, mengatakan bahwa pernyataan Ghaani adalah "pertama kali seorang perwira senior IRGC mengakui bahwa pasukan Quds beroperasi di Suriah." Hal ini bertolak belakang dengan pengakuan Iran selama ini bahwa Pasukan Quds tidak beroperasi di Suriah.
Pria yang lahir pada tanggal 8 Agustus 1957 ini mengkritik keras intervensi AS terhadap operasi ISIS di Timur Tengah. Hampir tidak pernah setiap orasinya vakum ujaran kebencian kepada AS dan secara khusus kepada Donald Trump.
Ia seringkali mengatakan bahwa AS hanya menghabiskan triliunan dolar Amerika untuk melakukan operasi yang hanya merugikan mereka. Karena itu, Donald Trump semakin geram dan mencabut izin produksi Nuklir di negara beribukota Teheran ini.
Pernyataan terakhirnya adalah untuk pembalasan atas kematian Soleimani. Ia mengatakan kepada dunia untuk bersabar menanti mayat-mayat orang Amerika di Timur Tengah.
"Bersabarlah, dan Anda akan melihat mayat orang Amerika di seluruh Timur Tengah,"Â katanya.
Menarik apakah Ghaani mampu memimpin Pasukan Quds seperti Qassem Soleimani? Mari kita menyimak!!!
Salam!!!
Referensi:Â Satu;Â Dua;Â Tiga;Â Empat;Â Lima.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H